Apa Rumput
Laut itu sebenarnya ?
Sebutan “ rumput laut”, walaupun dari
segi botanis (ilmu tumbuhan) tidak tepat, namun karena sudah terlanjur
biasa dipergunakan dalam dunia perdagangan di Indonesia maka istilah
tersebut terus dipakai sampai sekarang. Sebutan rumput laut merupakan
terjemahan harfiah dari “seaweeds” dalam bahasa Inggris yang diartikan sebagai
tumbuhan pengganggu. Rumput laut, sebenarnya adalah algae laut (agar-agar
atau ganggang) yang termasuk tumbuhan tingkat rendah (Thallophyta) di laut.
Jadi, tumbuhan ini bukanlah rumput yang tumbuh di laut karena tidak termasuk rumput (graminae) ataupun tumbuhan pengganggu yang merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Spermatophyta) yang umumnya tumbuh di darat. Rumput laut juga tidak sama dengan “lamun” (seagrasses) karena lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh menetap di perairan laut.
Jadi, tumbuhan ini bukanlah rumput yang tumbuh di laut karena tidak termasuk rumput (graminae) ataupun tumbuhan pengganggu yang merupakan tumbuhan tingkat tinggi (Spermatophyta) yang umumnya tumbuh di darat. Rumput laut juga tidak sama dengan “lamun” (seagrasses) karena lamun termasuk tumbuhan tingkat tinggi yang tumbuh menetap di perairan laut.
Dalam hampir setiap hidangan pertemuan atau upacara,
selalu disajikan beraneka-ragam makanan dan kue termasuk di
antaranya adalah agar-agar yang biasanya merupakan makanan penutup (nock)
yang dibuat dari tepung agar berasal dari rumput laut (algae). Pada
saat kita menyantapnya, kita jarang berfikir dari mana asal-usul makanan
tersebut dan bagaimana proses pembuatannya, tetapi kita hanya
memandangnya apakah makanan itu menarik, enak atau nikmat tidak untuk
dimakan. Berikut ini, marilah kita simak apa sebenarnya rumput
laut itu.
Pertumbuhannya
di laut
Gambar 1. Komunitas rumput laut di
pantai Selatan Jawa, Pameungpeuk, Garut
diambil melalui google
|
Apabila kita berwisata ke pantai, sering kita
mernjumpai tumbuhan laut yang terdampar atau terhempas ombak ke
daratan atau melihat langsung yang masih tumbuh di laut. Tumbuhan
tersebut menempel pada bebatuan atau menancap pada substrat pasir.
Itulah umumnya rumput laut yang tampak dengan
beraneka-macam bentuk dan warnanya yang menarik. Ada yang
berbentuk bola kecil, lembaran, rumpun atau tegakan yang beraneka-ragam
warna seperti merah, coklat, hijau dan warna
lainnya. Kalau kita perhatikan atau kita pegang rumput laut
tersebut maka ternyata substansi fisiknya ada yang keras karena
mengandung zat kapur, ada yang lunak bagaikan tulang rawan dan ada juga
yang kenyal seperti gel.
Rumput laut ini, termasuk tumbuhan yang dalam
proses metabolismenya memerlukan kesesuaian factor-faktor fisika
dan kimia perairan seperti gerakan air, suhu, kadar garam, nutrisi atau
zat hara seperti nitrat dan fosfat, dan pencahayaan sinar matahari.
Dalam pertumbuhannya, zat hara diserap dari media air melalui
seluruh kerangka tubuhnya yang biasa disebut “thalli” (jamak) atau “thallus”
(tunggal), sedangkan proses fotosintesis berlangsung dengan bantuan sinar
matahari yang menembus ke perairan di tempat pertumbuhannya. Pada
tumbuhan ini, walaupun tampaknya ada perbedaan morfologis seperti akar,
batang dan daun tetapi itu hanya bersifat semu saja karena fungsinya
sama. Hal ini berbeda dengan tumbuhan tingkat tinggi di
darat yang memiliki perbedaan fungsi jelas antara akar, batang dan
daun. “Akar” atau disebut “holdfast” sebenarnya hanya
merupakan bagian dasar pada kerangka rumput laut
dengan berbagai macam bentuk dan biasanya hanya berfungsi sebagai alat
pelekat atau penumpu pada substrat sehingga tumbuhnya
dapat kuat dan menetap, jadi bukan untuk menyerap makanan dari substrat
tersebut.
Pengelompokkan
Rumput laut termasuk kelompok tumbuhan
algae yang berukuran besar, dalam artian dapat terlihat dengan mata biasa
tanpa alat pembesar dan bersifat bentik atau tumbuh menancap atau
menempel pada suatu substrat di perairan laut. Algae yang disebut rumput
laut ini umumnya terdiri dari kelompok algae merah
(Rhodophyceae) , algae coklat (Phaeophyceae) dan algae hijau
(Chlorophyceae). Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut diperkirakan
ada sekitar 9000 jenis yang masing-masing adalah
sekitar 6000 jenis Rhodophyceae, 2000 jenis
Phaeophyceae dan 1000 jenis Chlorophyceae. Algae lainnya yang
berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat
pembesar seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput
laut tetapi merupakan kelompok tersendiri yang disebut
plankton. Kelompok ini selain kecil ukurannya juga gerakannya
sangat dipengaruhi pergerakan air sehingga keberadaannya sebagian
besar bergantung kepada kondisi fisik perairan selain factor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap pertumbuhannya.
Pengelompokan rumput laut menurut
perbedaan warna tersebut adalah didasarkan atas perbedaan kandungan
pigmennya. Rumput laut kelompok merah memiliki pigmen dominan fikoeretrin
(phycoerethrin) dan fikosianin (phycocyanin) yang menimbulkan
warna merah, walaupun pada kenyataannya di alam menunnjukkan variasi
warna lain seperti hijau, ungu dan coklat tua karena sifat adaptik
kromatiknya. Sebagai indikasi bahwa itu adalah rumput- laut merah, yaitu
apabila terjemur sinar matahari akan tampak berubah warna
asalnya menjadi merah-ungu, kemudian menjadi putih karena
kehilangan pigmennya. Pigmen yang dominan pada rumput laut kelompok
coklat adalah fucoxantin, sedangkan pigmen yang dominan pada rumput laut
kelompok hijau adalah klorofil (Chlorophyl) b.
Pengelompokkan lain adalah berdasarkan kandungan koloidnya. Ada kelompok rumput laut penghasil agar (senyawa polisakarida sulfat bersifat koloid) yang biasa disebut agarofit antara lain Gracilaria (rambu kasang) dan Gelidium (kades). Rumput laut seperti Eucheuma (agar-agar kasar, agar-agar patah tulang) dan Kappaphycus (cottonii) lainnya adalah termasuk kelompok penghasil karaginan (berupa garam sodium, kalsium dan potasium dari senyawa polisakarida sulfat asam karaginat) yang disebut karaginofit. Kelompok lainnya yaitu alginofit adalah penghasil alginat (garam kalsium, kalium, natrium dan magnesium dari senyawa polisakarida asam alginik), termasuk ke dalamnya antara lain Sargassum (oseng) dan Turbinaria.
Pengelompokkan dan penamaan rumput laut
secara ilmiah berdasarkan jenjang taksonomiknya diatur secara rinci
dalam Kode Internasional Nomenklatur Botani. Nama ilmiah (scientific
name) rumput laut yang biasanya ditulis dalam bahasa latin adalah
berlaku (valid) secara universal di seluruh dunia. Selain itu ada
juga nama rumput laut yang bersifat lokal (vernacular name)
berdasarkan kelaziman di suatu daerah dengan menggunakan bahasa daerah
masing-masing. Di Indonesia misalnya ada rumput laut yang nama
ilmiahnya Gracilaria memilki nama lokal yang berbeda-beda di setiap
daerah, ada yang menyebut rambu kasang (di Jawa), bulung sangu (di Bali),
sango-sango/dongi-dongi (di Sulawesi) dan janggut dayung (di
Bangk). Ada juga nama rumput laut yang telah populer dalam dunia
perdagangan internasional, misalnya “cottonii” untuk sebutan rumput
laut yang nama ilmiahnya Kappaphycus dan nori untuk rumput laut
Porphyra dari Jepang.
Gambar,
2 a) atas : Caulerpa racemosa var. uvifera (Turner)
Weber Van Bosse, b) tengah: Turbinaria conoides (J. Agardh)
Kuetzing, c) bawah: Rhodymenia palmate (Linnaeus)
Greville
Perkembangbiakan
Pada rumput laut dikenal pola perkembangbiakan
dengan pertukaran generasi antara vegetatif dan generatif.
Perkembangbiakan dengan cara vegetatif adalah melalui
perbanyakan batang atau stek dan penyebarluasan spora, sedangkan
perkembangbiakan dengan cara generatif adalah
melalui perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina. Spora pada
rumput laut ada dua macam yaitu karpospora dan tetraspora yang masing-masing
dihasilkan oleh tumbuhan karposporofit dan tetrasporofit. Gamet
jantan dan gamet betina dihasilkan oleh dua individu tumbuhan
yang terpisah dan berbeda jenis kelaminnya yaitu tumbuhan jantan
(gametofit jantan) dan tumbuhan betina (gametofit betina). Sifat
tumbuhan seperti ini, biasa disebut tumbuhan berumah dua (dioceous). Ada
juga tumbuhan yang berumah satu (monoceous) di
mana gamet jantan dan gamet betina dihasilkan dalam
satu tumbuhan.
Jadi, di alam ada empat macam tumbuhan rumput laut
yang berbeda jenis kelamin dan tabiat reproduksinya yaitu
karposporofit, tetrasporofit, gametofit jantan dan gametofit betina. Keempat
macam bentuk tumbuhan tersebut di alam ada yang mudah terlihat dari
penampilan fisiknya (heteromorfik) tetapi ada juga yang sulit
dibedakan (isomorfik) kecuali dengan menggunakan alat pandang
mikroskopik. Perkembang biakan vegetatif sampai
sekarang dimanfaatkan para penanam rumput laut dalam penyediaan
bibit dari marga Kappaphycus (cottonii) dan Eucheuma
(agar-agar patah tulang) untuk ditumbuhkan secara komersial di beberapa negara
tropis termasuk di Indonesia. Penggunaan bibit vegetatif tersebut sampai
saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi
waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih
belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis
yang dianggap belum menguntungkan.
Gambar,
3. a) atas : Gracilaria coronopifoliaJ.
Agardh , b) bawah kiri : Eucheuma spinosum(Linnaeus) K3tzing,
= E. denticulatum (Burman) Collins et Hervey c) bawah kanan
: Sargassum binderi Sonder
Manfaat
Tumbuhan rumput laut ini, bersama-sama dengan
tumbuhan fotosintetik lainnya termasuk plankton merupakan kelompok
organisme penting di laut karena sebagai pembentuk makanan
primer memberikan sumbangan besar bagi kehidupan
binatang akuatik di laut. Manfaatannya, bersifat ganda yaitu
bermanfaat langsung bagi kepentingan manusia dan bagi
kelanjutan fungsi ekologis perairan melalui perannya
dalam rantai makanan di laut sebagai sumber makanan
binatang di laut. Jadi, secara tidak langsung
bermanfaat juga bagi tersedianya berbagai jenis binatang laut
yang dikonsumsi oleh manusia.
Dari ratus-an jenis rumput laut yang ada
di Indonesia, banyak di antaranya yang dapat dimanfaatkan
untuk berbagai macam kebutuhan, antara lain sebagai
bahan makanan dan sayuran. Pemanfaatan lain adalah
sebagai bahan mentah untuk industri penghasil agar, karaginan
dan alginat yang diperlukan untuk bahan tambahan dalam
pengolahan makanan, minuman, farmasi, kosmetika dan tekstil di
dalam dan luar negeri. Kandungan kimia lain yang penting terdapat dalam rumput
laut selain karbohidrat yang berupa polisakarida seperti agar, karaginan
dan alginat juga terdapat mineral, protein, lemak, vitamin dan
yodium. Secara tidak disadari bahwa sebenarnya manfaat dan peran
rumput laut ini telah ada pada kehidupan kita sehari-hari. Kita berhias
dengan minyak rambut, berkeramas dengan shampoo, bergosok gigi dengan odol,
menikmati eskrim dan coklat, berdandan dengan baju yang bermotif warna-warni
dan menyemir sepatu , kesemua bahan yang kita pergunakan tersebut
sedikit banyak mengandung campuran rumput laut antara lain berupa agar,
karaginan dan alginat.
Produksi rumput laut di Indonesia,
sebagian dipasok dari hasil panen persediaan alami (stock
alam) di berbagai daerah dan yang lainnya berasal dari hasil panen
budidaya atau rekayasa penanaman oleh para petani rumput
laut. Sekarang, kegiatan penanaman rumput laut di Indonesia telah
tersebar-luas ke berbagai daerah, antara lain di Lampung, Banten,
Teluk Jakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi Tenggara.
No comments:
Post a Comment
Komentar anda sangat bermanfaat