Qn Forum

Ask Your Questions in Related Category

Showing posts with label PENYULUHAN. Show all posts
Showing posts with label PENYULUHAN. Show all posts

MIMBAR SARASEHAN SUATU METODE PENYULUHAN


Mimbar sarasehan merupakan forum konsultasi antara wakil para petanibeserta keluarganya/KTNA (Kontak Tani Nelayan Andalan) dengan pihakpemerintah yang diselenggarakan secara periodik dan berkesinambunganuntuk membicarakan, memusyawarahkan dan mencapai kesepakatanmengenai hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pelaksanaan programpemerintah dan kegiatan petani-nelayan dalam rangka pembangunanpertanian.

MIMBAR SARASEHAN SUATU METODE PENYULUHAN

Tujuan Mimbar Sarasehan adalah
  1. memahami keadaan dan masalah-masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian di lapangan, baik olehpihak petani-nelayan maupun oleh pejabat pemerintah,
  2. encapaikesepakatan bersama tentang pemecahan masalah-masalah besertapenyusunan rencana kegiatan yang mencakup usahatani nelayan dankehidupan petani-nelayan beserta keluarganya,
  3. melaksanakan penerapankegiatan di lapangan sesuai dengan kesepakatan bersama,
  4. meningkatkanperanan dan peranserta petani-nelayan sebagai subjek pembangunan dan
  5. mewujudkan hubungan timbal balik yang serasi antara kontaktani-nelayan danpemerintah dalam pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanianuntuk memperbaiki perencanaan masa yang akan datang.

Beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam kegiatan mimbarsarasehan:
  1. KTNA (Kontak Tani-Nelayan Andalan) adalah kontak tani nelayan yangditetapkan oleh para petani-nelayan berdasarkan musyawarah diantaramereka dan dianggap dapat membawakan aspirasi petani-nelayan, wanitatani-nelayan dan taruna tani-nelayan di daerahnya.
  2. Ahli andalan adalah tokoh masyarakat yang mempunyai keahlian / pengalaman di suatu bidang usaha tani nelayan
  3. Kelompok andalan adalah kelompok yang terdiri dari sejumlah kontak tani-nelayan andalan dan beberapa ahli andalan yang dikukuhkan pemerintah
  4. Penasehat Mimbar Sarasehan Orang-orang yang merupakan ketuaorganisasi profesi lingkup pertanian antara lain:
a. HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia)
b. HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia)

c. Organisasi profesi lainnya sesuai dengan tingkat wilayah kerjapenyuluhan mereka sebagai penasihat mimbar sarasehan misalnya:tingkat nasional, tingkat I/propinsi, tingkat II/kabupaten/kota dan tingkatkecamatan.

5. Kesepakatan Mimbar Sarasehan
Kesepakatan Mimbar Sarasehan ialah keputusan yang disepakati antarakelompok andalan dengan pemerintah mengenai sesuatu pemecahanmasalah. Kesepakatan dirumuskan secara tertulis oleh panitera mimbarsarasehan dan disahkan oleh kedua belah pihak untuk dilaksanakan olehpihak-pihak yang bersepakat sesuai tugas, hak, wewenang dan tanggung jawab masing-masing

6. Panitera Mimbar Sarasehan
Panitera tetap mimbar sarasehan ialah pejabat pertanian yang melayanikegiatan mimbar sarasehan dan sebagai pembina kelompok andalan.a) Di BPP --- Salah seorang penyuluh BPPb) Di Kab/ Kodya --- Salah seorang kepala seksi dari dinas Tkt-Ic) Tingkat Propinsi --- Salah satu kepala dinas yang ditetapkan Pemda Tkt-Id) Tingkat Nasional---Kepala Pusat Pembinaan penyuluh pertanian

Peserta Mimbar Sarasehan adalah:
1. Kelompok andalan
2. KTNA yang dianggap perlu memberi masukan
3. Panitera tetap
4. Pejabat Pemda
5. Penasehat Mimbar Sarasehan
6. Pejabat yang berkaitan pokok bahasanLangkah-Langkah Pelaksanaan1. Persiapan Panitera tetap
1.       -Menghimpun materi Mimbar Sarasehan
2.       -Menyusun acara Sarasehan
3.       -Penyebaran undangan (Sebaiknya 2 minggu sebelum pelaksanaan)

2. Pelaksanaan Sarasehan
Pembagian Tugas:
1. Pimpinan Sidang – Seorang KTNA
2. Pembicara – Yang menyampaikan masalah
3. Sekertaris – Dari Panitera
4. Pembicara bisa lebih dari satu orang
5. Ketua dan sekertaris merumuskan kesepakatan bersama peserta yangmenguasai masalah.
6. Acara sesuai agenda yang telah disahkan peserta mimbar sarasehan

3. Penentuan pokok bahasan dalam Mimbar Sarasehan
Pokok bahasan dalam suatu mimbar sarasehan dapat berupa:
1.       Pokok bahasan bisa kebijaksanaan baru pemerintah
2.       Umpan balik dari implementasi kebijaksanaan pemerintah
3.       Inovasi baru yang berpengaruh luas pada usahatani maupun masyarakatluas

Pokok bahasan yang sangat mendesak dibahasCara-cara penentuan pokok bahasan adalah:
  1. Berdasarkan usulan dari pihak Kontaktani-Nelayan Andalan, menurutkepentingan mereka
  2. Berdasarkan usulan pihak pemerintah yang dikaitkan dengan prosespercepatan program pembangunan pertanian

4. Hasil Mimbar SarasehanSecara umum, hasil dari suatu mimbar sarasehan adalah:a. Bertambahnya pengertian dan pemahaman terhadap masalah yangdibahasb. Rumusan kesepakatanc. Rumusan masalah yang belum dipecahkand. Rumusan masalah yang tidak dipecahkan

5. Pelaporan dan Penyebarluasan Hasil SarasehanSetelah acara berakhir, panitera tetap berkewajiban menyusun laporanpelaksanaan dan menyebarkan hasil kesepakatan secara tertulis, kepadaseluruh kontaktani nelayan dan seluruh dinas, instansi, lembaga, organisasiprofesi peserta mimbar sarasehan. Masalah yang tidak terpecahkan perlu disampaikan secara terpisah kepada instansi, dinas dan lembagapemerintah satu tingkat diatasnya yang berhubungan dengan masalahtersebut.

Bila masalah telah dapat dipecahkan, maka panitera tetap perlumenyampaikannya pada acara mimbar sarasehan berikutnya.

Satu hal yang harus diperhatikan oleh setiap penyuluh sebelummenerapkan sustu metode penyuluhan adalah ia perlu memahami prinsip-prinsip metode penyuluhan yang dapat dijadikan sebagai bahan dasar untukmemilih metode penyuluhan yang tepat.Ada beberapa prinsip metode penyuluhan yang dapat digunakan, yaitu
1)      Pengembangan untuk berpikir kreatif,
2)      tempat yang paling baik adalah ditempat kegiatan sasaran,
3)      setiap individu terkait dengan lingkungansosialnya,
4)      ciptakan hubungan yang akrab dengan sasaran, dan
5)      memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

11. Kursus Tani
 Kursus tani adalah kegiatan belajar dan mengajar bagi para petanidalam waktu tertentu dengan tujuan meningkatkan pengetahuan danketerampilan petani.Tujuan diadakannya kursus tani adalah:
1) membekali pengetahuan,
2)meningkatkan keterampilan,
3) menumbuhkan sikap positif, dan
4)mengembang-kan sikap kepemimpinan petani.Pelaksanaan kegiatan kursus tani perlu dipersiapkan dengan baik terutamamenyangkut kondisi sosial, ekonomi dan budaya sasaran yang akan dijadikansebagai peserta kursus, perencanaan dan konsultasi dengan pemerintahdaerah.

Kegiatan kursus perlu menggunakan lebih dari satu jenis metode.Jumlah peserta yang mengikuti kursus tani berkisar antara 20 – 30 orang, danwaktu pelaksanaannya disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.

Setelahkegiatan kursus berlangsung perlu dilakukan bimbingan lanjutan, hal inidimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan kursus tanimemberikan manfaat bagi pesertanya.Kursus tani bermanfaat untuk;
  1. efektif untuk menyebarkanpengetahuan dan keterampilan secara mendalam dan sistematis,
  2. mendorong tumbuhnya kepemimpinan petani,
  3. mempercepat proses adops serta
  4. lulusan bisa dijadikan sebagai kader dalam penumbuhan kelompoktani.Hambatan yang mungkin timbul dalam kegiatan kursus tani antara lain:
a. metode ini memerlukan biaya yang relatif banyak dan dalam pelaksanaannyaharus tepat dan cermat,
b.  minimnya sarana dan prasarana sering menjadikangagalnya mencapai tujuan,
c.  daya tampung peserta relatif sedikit dibandingkandengan biaya yang dikeluarkan.

Teknik Pelaksanaan Kursus tani
Persiapan :- Meniliti keaadaan petani (tradisi, norma)- Menganalisis masalah dan kebutuhan kursus- Menyiapkan rencana kursus- Konsultasi dengan kontak tani dan pemerintah daerahPelaksanaan- Mengorganisasikan petani- Jumlah peserta 20 -30 orang lamanya tergantung materi- Waktunya seminggu sekali (sesuai kebutuhan)- Materi yang praktis dan langsung dapat memecahkan masalah- Gunakan alat peraga- Digabung dengan metode lain (demonstrasi, widya wisata)- Diberi sertifikat dan penghargaan kepada yang berprestasiEvaluasi kursus- Dilakukan selama atau diakhir kursus dan dilapangan- Tujuan untuk menilai keefektifitas dari kursus tani- Indikatornya : Kemampuan mengingat, keterampilan dan sikapBimbingan lanjutan- Dilakukan setelah kursus tani, caranya dengan mengirimkan bacaan dan lain-lain.

Rangkuman
Langkah-langkah untuk menerapkan:
a) identifikasi dan analisis data yang darisasaran, penyuluh dan perlengkapannya, keadaan daerah/wilayah dan kebijakanpembangunan, dilanjutkan dengan
b) menetapkan alternatif metode penyuluhanpertanian. Alternatif metode ini dapat didekati dengan penggolongan berdasarkan :Dasar Terampil, Metode Penyuluhan Pertanian  jumlah sasaran yaitu secara pendekatan massal, kelompok maupun perorangan.Untuk faktor ini juga tidak lepas dari pengalaman dan masa kerja /tugas penyuluh c)menetapkan metode penyuluhan pertanian.

KETERANGAN
Metode penyuluhan pertanian merupakan cara yang digunakan untukmenyampaikan pesan sehingga agar petani mau dan mampu menerapkan inovasibaru. Agar pesan dapat diserap lebih optimal oleh petani maka penyuluh harusdapat memilih dan menerapkan metode dan teknik yang sesuai dengan kondisi petanitersebutTingkat keberhasilan dari penerapan metode penyuluhan pertanian dapatdiukur dengan menganalisis tingkat efektifitas pemanfaatan dan pendayagunaan darisatu atau kombinasi beberapa metode.


Sumber referensi:
Kementerian Pertanianbadan,  Pengembangan Sdm Pertanian sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

PENGGOLONGAN, PEMILIHAN DAN JENIS – JENIS METODE PENYULUHAN

A.Penggolongan Metode Penyuluhan Pertanian

Pernakah Anda bertanya dalam dirinya bahwa untuk mencapai suatu tujuanharus menggunakan ”cara atau alat”? Dan bagaimana pula efektivitas dan efisiensidari keberagaman cara atau alat tersebut?Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis metode penyuluhan pertanian,dilakukan penggolongan. Banyak cara untuk menggolongkan metode penyuluhanpertanian, antara lain:
1.       Penggolongan berdasarkan teknik komunikasi.
2.       Penggolongan berdasarkan jumlah sasaran.
3.       Penggolongan berdasarkan indera penerima.

1. Penggolongan Berdasarkan Teknik komunikasi
Berdasarkan teknik komunikasi, metode penyuluhan pertanian digolongkan menjadi
  1. komunikasi langsung (direct communication/face to face communication ),contohnya: obrolan di sawah, obrolan di balai desa, obrolan di rumah, telepon/HP,kursus tani, demonstrasi karyawisata, dan pameran; dan
  2. komunikasi tidaklangsung (inderect communication ), contohnya publikasi dalam bentuk cetakan,poster, siaran radio/TV, dan pertunjukan film. Jadi, dalam kegiatan komunikasi tidaklangsung, pesan disampaikan melalui perantara (medium atau media).
2. Penggolongan Berdasarkan Jumlah Sasaran
Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai, metode penyuluhan pertaniandigolongkan menjadi :
  1. pendekatan perorangan, contohnya: kunjungan rumah,kunjungan usaha tani, surat-menyurat, dan hubungan telepon;
  2. pendekatankelompok, contohnya: diskusi kelompok, demonstrasi (cara atau hasil), karyawisata,temu lapang, temu usaha, dan kursus tani;
  3. pendekatan massal, contohnya:pameran, pemutaran film, siaran pedesaan/TV, pemasangan poster, pemasanganspanduk, dan penyebaran bahan bacaan (folder, leaflet, liptan, brosur).
3. Penggolongan Berdasarkan Indera Penerima 
Berdasarkan indera penerima, metode penyuluhan pertanian dapat digolonganmenjadi
  1. yang diterima olej indera penglihatan, contohnya: poster, film, danpemutaran slide;
  2. yang diterima oleh indera pendengaran, contohnya: siaranTV/radio, pidato, ceramah, dan hubungan telepon;
  3. yang diterima oleh beberapindera, contohnya: demonstrasi (cara atau hasil), siaran TV/radio (interaktif), danpameran.
B. Pemilihan Metoda Penyuluhan Pertanian
 Tujuan memilih metode penyuluhan pertanian antara adalah:
  1. Agar penyuluh pertanian dapat menetapkan suatu metode atau kombinasi beberapametode yang tepat dan berhasil guna.
  2. Agar kegiatan penyuluhan pertanian yang dilaksanakan untuk menimbulkanperubahan yang dikehendaki, yaitu perubahan perilaku petani dan anggotakeluarganya dapat berdaya guna dan berhasil guna.Pada umumnya, seseorang belajar melalui indera. Indera ini merupakan pintugerbang masuknya ”stimulus” ke dalam diri seseorang yang belajar. Setiap inderaakan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar seseorang.
Seperti salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Socony Vacuum Oil Co. DalamPadmowihardjo (2000:6) yaitu:
  1. melalui indera pengecap 1 persen,
  2. melalui inderaperaba 1,5 persen,
  3. melalui indera penciuman 3,5 persen,
  4. melalui indera pendengaran11 persen
  5. dan melalui indera penglihat 83 persen.
Sedangkan Hasmosoewignyo danGarnadi (1962) dalam Kartasapoetra (1991:60) menyatakan bahwa, hasilpenangkapan dari mendengar saja 10 persen, melihat saja 50 persen, melihat,mendengar dan mengerjakan sendiri (praktik) 90 persen. Jadi, dari fenomena tersebutdapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan tersebut berhasil,sebaiknya menggunakan lebih dari satu indera penerima.

Dalam mempelajari sesuatu seseorang akan mengalami suatu prosespenerapan (adoption ) yang merupakan proses mental yang dapat dilalui dalam limatahapan, yaitu:
  1. Tahap mengetahui dan menyadari (awarness ), dimana seseorang menyadariadanya sesuatu ide atau teknologi baru dan merasa tergugah untukmempelajarinya. Selanjutnya, ia mencoba mengembangkan ingatan ataupengetahuannya tentang ide atau teknologi baru tersebut.
  2. Tahap minat (interesting ), dimana seseorang yang sudah tergugah untukmempelajari tentang ide atau teknologi baru selanjutnya tumbuh minatnya, yaitu bertanya ke sana ke mari atau mengajukan respon, mengumpulkan keterangan-keterangan lebih lanjut dalam rangka mengembangkan pengertiannya.
  3. Tahap menilai (evaluation ), dimana seseorang yang telah tumbuh minatnya lalubertanya kepada dirinya sendiri dan melakukan penilaian secara subyektif tentanguntung atau ruginya kalau akan menerapkan ide atau teknologi baru yangdipelajarinya. Penilaian tersebut dia lakukan berdasarkan pengertian-pengertianyang diperolehnya dari tahap berikutnya.
  4. Tahap mencoba (trial ), dimana seseorang yang telah berhasil mencapai tahapmenilai, dan berkesimpulan bahwa ide atau teknologi baru yang dipelajarinyaternyata menguntungkan, maka akan mencoba menerapkan ide atau teknologibaru tersebut dalam skala kecil sehingga timbul keyakinannya karena telahmengalami sendiri.
  5. Tahap menerapkan (adoption ), dimana seseorang yang telah yakin akanmenerapkan ide atau teknologi baru yang dipelajarinya dalam praktik nyata ataudalam usaha skala yang sebenarnya.Kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu berbeda-beda. Demikianpula tahap perkembangan mentalnya, keadaan lingkungan dan kesempatannya jugaberbeda-beda. Oleh karena itu, perlu dipilih metoda penyuluhan pertanian yangberdaya guna dan berhasil guna.

Dalam pemilihan metoda penyuluhan pertanian, pertimbangan-pertimbanganyang harus diambil didasarkan pada:
1.   Karakteristik sasaran
2.   Karakteristik penyuluh
3.   Karakteristik daerah
4.   Materi penyuluhan pertanian
5.   Sarana dan biaya
6.   Kebijaksanaan pemerintah


1. Karakteristk Sasaran
Agar pesan dapat sampai dengan baik kepada sasaran, maka perludiperhatikan kondisi sasaran. Karakteristik sasaran yang perlu dipertimbang-kandalam memilih metoda penyuluhan pertanian, antara lain:
  1. tingkat pengetahuan,
  2. sikap
  3. dan keterampilan sasaran, yaitu pengalaman bertani, pendidikan, dan tingkatadopsinya. Misalnya, apabila dalam suatu wilayah kerja penyuluhan terdapatsejumlah sasaran yang tingkat pendidikannya sangat rendah atau sebagian besar”buta huruf”, tentunya tidak dapat menggunakan penyebaran bahan bacaan tulisan.
Selain itu, pengalaman (pengetahuan) dalam kegiatan usaha tani yang sudah lamaakan berbeda dengan petani yang masih tergolong pemula, demikian pula dengantingkat adopsinya.
Dari tingkat penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan sertapengalaman, yang dapat kita identifikasi ternyata sasaran berada pada tahapmenilai; ini berarti bahwa pendekatan yang kita harus gunakan adalah pendekatankelompok, dengan alternatif yang dapat dipilih antara lain, kombinasi antara kursustani, pemberian bahan bacaan, ceramah dan demonstrasi. Dapat pula dilakukandengan kegiatan karyawisata atau diskusi kelompok.Bagaimana kalau tingkat adopsi sasaran baru mencapai tahap ”sadar,” atausudah berada pada tahap ”mencoba”? Sebutkan pendekatan yang harusdigunakan.Jawaban Anda benar, jika Anda menjawab: pendekatan massal bagi sasaranyang masih berada pada tahap sadar dengan memilih metoda antara lainpertemuan umum, pemutaran film, dan siaran pedesaan/TV. Sedangkan bagisasaran yang sudah berada pada tahap mencoba, Anda benar jika memilih metodaantara lain kunjungan rumah dan usaha tani, hubungan telepon, demonstrasicara/hasil di lahan petani, dan korespondensi.Keadaan sosial budaya sasaran perlu pula dipertimbangkan dalam memilihmetoda penyuluhan pertanian.

Penyuluh pertanian harus mengetahui:
1)      nilai-nilaihidup yang dianut oleh sasaran,
2)      norma-norma sosial (usage, folkways, mores,dan customs ),
3)      stratifikasi masyarakat,
4)      status sosial, dan
5)      struktur kekuasaan.

Agar lebih jelasnya, hubungan tingkat adopsi dengan pendekatan dan penggunaan metoda penyuluhan pertanian, sebagaimana pada Gambar 1.

Metoda Penyuluhan Pertanian Jumlah Sasaran TahapanAdopsi
1. Rapat/pertemuan umum
2. Siaran pedesaan (radio/TV)
3. Pemutaran film
4. Penyebaran bahan bacaanSadar
5. Pemasangan poster/spandukMinat
1. Diskusi kelompok
2. Temu karya
3. DemonstrasiMenilai
4. Karyawisata
5. Temu-temu
6. Kursus tani
7. CeramahMencoba
 
Kelompok Massal
1. Kunjungan rumah
2. Kunjungan usaha taniMenerapkan
Perorangan
3. Hubungan telepon


Gambar 1 Hubungan tingkat adopsi dengan pendekatan dan penggunaan metodapenyuluhan pertanian,

2. Karakteristik Penyuluh
Sebagai mitra sasaran (petani), penyuluh pertanian sering disebut sebagai:fasilitator, dinamisator, organisator, katalisator, moderator dalam prosespembelajaran. Untuk dapat melakukan ini semua, penyuluh pertanian harusmemiliki kemampuan menggunakan metoda penyuluhan pertanian yangberdayaguna dan berhasilguna. Di samping itu, penyuluh pertanian juga harusmemiliki kemampuan penguasaan teknologi atau ide baru (inovasi) yang akandisuluhkan dalam arti pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki perludipertimbangkan dalam memilih metode penyuluhan pertanian yang tepat.Saat ini, berdasarkan Peraturan Menteri PAN Nomor :PER/02/MENPAN/2/2008, penyuluh pertanian terbagi dua yaitu: Penyuluh Ahli dan Penyuluh Terampil. Kriteria ini, disesuaikan dengan pangkat/jabatan dan beban tugas yang akan diemban oleh penyuluh pertanian.

3. Karakteristik Daerah
Karakteristik daerah yang perlu dipertimbangkan adalah keadaan musim(agroklimat), keadaan usaha tani, dan keadaan lapangan. Keadaan musim akanberpengaruh terhadap metoda penyuluhan pertanian yang digunakan. Misalnya,pada musim kemarau yang panas sekali dan tidak ada penanaman di lapagan, kitatidak dapat melakukan kegiatan demonstrasi di lapangan, tapi sebaiknya dilakukandi rumah petani.

Sebaliknya pada musim penghujan di beberapa daerah lebihbanyak kegiatan di lapangan. Jadi pemilihan metoda penyuluhan pertanian harusdisesuaikan dengan kondisi tersebut.Keadaan usaha tani di suatu daerah akan turut mempengaruhi penetapanmetoda penyuluhan pertanian. Misalnya penyuluhan pada waktu pengolahan lahanakan berlainan dengan penyuluhan pada saat panen dan pasca panen.

Metoda penyuluhan pertanian hendaknya dipilih sesuai dengan tahapan perkembanganusaha tani yang berada dalam rentang waktu siklus usaha tani.Keadaan lapangan juga perlu dipertimbangkan, misalnya dalam strukturwilayah perdesaan ada yang pemukimananya tersebar dan ada yang terpusat. Adayang mudah diakses dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat,dan ada yang hanya dapat ditempuh dengan berjalan kaki sehingga mobilitasnyasangat sulit. Selain itu, keadaan topografi (berbukit atau pegunungan).

4. Materi Penyuluhan
Materi penyuluhan sangat menentukan terhadap jenis metoda penyuluhanpertanian yang akan digunakan. Misalnya, penyuluhan tentang intensifikasipemanfaatan lahan pertanian sangat berbeda dengan penyuluhan intensifikasiayam buras, intensifikasi ternak potong, intensifikasi kedele atau intensifikasi padi(inivasi teknis). Berlainan pula dengan materi pembentukan poktan dan gapoktan(menyangkut inovasi sosial) serta penyuluhan tentang perkreditan dan kontrak kerja(inovasi ekonomi).

5. Sarana dan Biaya
Pertimbangan sarana dan biaya didasarkan atas bagaimana ketersediaanyasarana yang akan digunakan sebagai alat bantu dan alat peraga penyuluhanpertanian. Sebagai contoh, disuatu daerah yang tidak ada listrik, tentunya sulitmelakukan penyuluhan dengan menggunakan OHP (over head projector ) atau menggunakan LCD/Komputer dan pemutaran film; kecuali jika disediakan generatorlistrik.Biaya diperlukan untuk mendanai kegiatan, misalnya dari segi efisiensinya;kursus tani lebih mahal daripada pertemuan umum, namun lebih murah daripadamelakukan kunjungan rumah atau usaha tani. Jadi ketersediaan biaya akan sangatmenentukan alternatif kombinasi pemilihan metoda penyuluhan pertanian.

6. Kebijaksanaan Pemerintah
Penyuluhan pertanian adalah bagian dari pembangunan pertanian, danpembangunan pertanian merupakan bagian dari pembangunan nasional yangdilaksanakan pemerintah bersama-sama dengan seluruh rakyat Indonesia.
Dengandemikian, kegiatan penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebijaksanaanpemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah. Misalnya, pada tahun 1997digalakkan program pemerintah tentang ketahanan pangan, dan tahun 2007 kitaharus mengawal kebijakan pemerintah untuk mencapai peningkatan 2 juta tonberas. Artinya, gerakan tersebut dapat dengan cepat dilakukan oleh masyarakatsasaran dengan dukungan dari aparat terkait di semua tingkatan.

C. Jenis-jenis Metode Penyuluhan Pertanian
 Jenis-jenis metode penyuluhan pertanian yang dapat dilakukan dalam kegiatanpenyuluhan kepada sasaran dapat digunakan berbagai jenis metode penyuluhanpertanian, yang disesuaikan dengan pendekatan yang digunakan, sebagaimana yangterdapat pada Gambar 2
 
Metoda Penyuluhan Pertanian Jumlah Sasaran
1.       Rapat/pertemuan umum
2.       Siaran pedesaan (radio/TV)
3.       Pemutaran film
4.       Penyebaran bahan bacaan
5.       Pemasangan poster/spanduk
1. Diskusi kelompok
2. Temu karya
3. Demonstrasi
4. Karyawisata
5. Temu-temu
6.       Kursus tani
7.       Ceramah
8.       Kunjungan rumah
9.       Kunjungan usaha tani
10.   Hubungan telepon
11.   Korespondensi

Gambar 2. Jenis-jenis metoda penyuluhan pertanian berdasarkan jumlah sasaran yang dapat dicapai
Per-orang

Kelompok Massal
D. Rangkuman
Penggolongkan metode penyuluhan pertanian, berdasarkan antara lain:
a. teknik komunikasi.
b. jumlah sasaran.
c. indera penerimaPemilihan metode penyuluhan berdasarkan pertimbangan:
a. Karakteristik sasaran
b. Karakteristik penyuluh
c. Karakteristik daerah
d. Materi penyuluhan pertanian
e. Sarana dan biaya
f. Kebijaksanaan pemerintah
 



Sumber referensi:       
Kementerian Pertanianbadan,  Pengembangan Sdm Pertanian sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian

SISTIM PENDIDIKAN ORANG DEWASA


Sahabat semua yang saya hormati, pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengetahuan melalui postingan ini, semoga kunjungan anda disini semua dalam keadaan sehat wal'afiat, selamat Datang semua.... semoga Tuhan yang maha Kuasa selalu memberkahi anda semua. Sebagai rasa kebersamaan kita postingan ini saya Mengambil Judul tentang Sistim pendidikan Orang Dewasa. 

Dalam sistim penyuluhan perikanan yang dikenal sebagai sistim pendidikan no;n formal yang dapat diterapkan kepada kelompok atau masyarakat, tentu saja menggunakan berbagai methode Penyuluhan  yang dalam pelaksanaannya perlu dengan menggunakan Prinsip pendidikan orang dewasa yang juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat setempat. 

Pada postingan kali ini kita akan memberikan informasi pengetahuan dan membahas mengenai sistim pendidikan orang Dewasa dalam proses pembelajaran,  

karena untuk  merubah perilaku ditungkat pengetahuan, ketrampilan maupun sikap terhadap peningkatan kemampuan masyarakat melalui kelompok tentu diperlukan methode yang tepat yaitu dengan prinsip pendidikan Orang dewasa, 

sehingga apa yang menjadi visi dan misi untuk merubah perilaku tersebut dapat diterima oleh kelompok sebagai anggota dalam masyarakat. 

Dalam pelaksanaannya kita tetap juga harus mengenal Sistim pembelajarannya, dengan methode apa yang sesuai, selain juga menggunakan dan melakukan Implementasi Prnsip-prinsip pendidikan orang dewasa, karena Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya.  

Tentu saja untuk menghadapi Kelompok sebagai peserta masyarakat yang memimliki  pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa" dibutuhkan suatu strategi dan methode pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut dengan pendekatan Pedagogis. 

Dalam  praktek "pendekatan pedagogis" yang diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu, dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri" peserta dan "pengalaman peserta". 

Di dalam dunia pendidikan, strategi dan pendekatan ini dikenal dengan sistim "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).

Pengertian Pendidikan Orang Dewasa

Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa. Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan khususnya para ahli pendidikan. 

Andragogi berasal dari bahasa Yunani kuno "aner", dengan akar kata andr- yang berarti laki-laki, bukan anak laki-laki atau orang dewasa, dan agogos yang berarti membimbing atau membina, maka andragogi secara harafiah dapat diartikan sebagai ilmu dan seni mengajar orang dewasa. 

Sedangkan  istilah lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin. Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan membimbing atau memimpin atau mengajar anak.

Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. 

Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat andragogis, dilakukan dengan cara-cara yang pedagogis. 

Dalam hal ini prinsip-prinsip dan asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi kegiatan pendidikan bagi orang dewasa. 

Namun karena orang dewasa sebagai individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching)

Asumsi-Asumsi Pokok

Malcolm Knowles dalam mengembangkan konsep andragogi, mengembangkan empat pokok asumsi sebagai berikut:


Konsep Diri

Asumsinya bahwa kesungguhan dan kematangan diri seseorang, bergerak dari ketergantungan total (realita pada bayi) menuju ke arah pengembangan diri sehingga mampu untuk mengarahkan dirinya sendiri dan mandiri. 

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa secara umum konsep diri anak-anak masih tergantung sedangkan pada orang dewasa konsep dirinya sudah mandiri. 

Karena kemandirian inilah orang dewasa membutuhkan untuk mendapatkan penghargaan orang lain sebagai manusia yang mampu menentukan dirinya sendiri (Self Determination) dan mampu mengarahkan dirinya sendiri (Self Direction). 

Apabila orang dewasa tidak menemukan dan menghadapi situasi dan kondisi yang memungkinkan timbulnya penentuan diri sendiri dalam suatu pelatihan, maka akan menimbulkan penolakan atau reaksi yang kurang menyenangkan. 

Orang dewasa juga mempunyai kebutuhan psikologis agar secara umum menjadi mandiri, meskipun dalam situasi tertentu boleh jadi ada ketergantungan yang sifatnya sementara.


Hal ini menimbulkan implikasi dalam pelaksanaan praktek pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan iklim dan suasana pembelajaran dan diagnosa kebutuhan serta proses perencanaan pendidikan.

Peranan Pengalaman

Asumsinya adalah bahwa sesuai dengan perjalanan waktu seorang individu tumbuh dan berkembang menuju ke arah kematangan. Dalam perjalanannya, seorang individu mengalami dan mengumpulkan berbagai pengalaman pahit-getirnya kehidupan, dimana hal ini menjadikan seorang individu sebagai sumber belajar yang kaya, dan pada saat yang bersamaan individu tersebut memberikan dasar yang luas untuk belajar dan memperoleh pengalaman baru. Oleh sebab itu, dalam teknologi pembelajaran orang dewasa, terjadi penurunan penggunaan teknik transmittal seperti yang dipergunakan dalam pelatihan konvensional dan menjadi lebih mengembangkan teknik yang bertumpu pada pengalaman. Dalam hal ini dikenal dengan "Experiential Learning Cycle" (Proses Belajar Berdasarkan Pengalaman).


Hal ini menimbulkan implikasi terhadap pemilihan dan penggunaan metoda dan teknik pembelajaran. Maka, dalam praktek pelatihan lebih banyak menggunakan diskusi kelompok, curah pendapat, kerja laboratori, sekolah lapangan (field school), melakukan praktek dan lain sebagainya, yang pada dasarnya berupaya untuk melibatkan peranserta atau partisipasi peserta pelatihan.

Kesiapan Belajar

Asumsinya bahwa setiap individu semakin menjadi matang sesuai dengan perjalanan waktu, maka kesiapan belajar bukan ditentukan oleh kebutuhan atau paksaan akademik ataupun biologisnya, tetapi lebih banyak ditentukan oleh tuntutan perkembangan dan perubahan tugas dan peranan sosialnya.

Hal ini berbeda pada seorang anak, umumnya seorang anak belajar karena adanya tuntutan akademik atau biologisnya. Tetapi pada orang dewasa, kesiapan belajar ditentukan oleh tingkatan perkembangan mereka yang harus dihadapi dalam peranannya sebagai kader, pekerja, orang tua atau pemimpin organisasi.

Hal ini membawa implikasi terhadap materi pembelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Dalam hal ini tentunya materi pembelajaran perlu disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan peran sosialnya.

Orientasi Belajar

Asumsinya, pada anak (yang belajar) orientasi belajarnya ‘seolah-olah’ sudah ditentukan dan dikondisikan untuk memiliki orientasi yang berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation). 

Sedangkan pada orang dewasa, memiliki orientasi belajar cenderung berpusat pada pemecahan permasalahan yang dihadapi (Problem Centered Orientation). 

Hal ini dikarenakan belajar bagi orang dewasa merupakan kebutuhan untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan keseharian, terutama dalam kaitannya dengan fungsi dan peranan sosial orang dewasa.

Selain itu, perbedaan asumsi ini disebabkan juga karena adanya perbedaan perspektif waktu. Bagi orang dewasa, belajar lebih bersifat untuk dapat dipergunakan atau dimanfaatkan dalam waktu segera. 

Sedangkan anak, penerapan apa yang dipelajari masih menunggu waktu hingga dia lulus dan sebagainya. Sehingga ada kecenderungan pada anak, bahwa belajar hanya sekedar untuk dapat lulus ujian dan memperoleh sekolah yang lebih tinggi.


Hal ini menimbulkan implikasi terhadap sifat materi pembelajaran atau pelatihan bagi orang dewasa, yaitu bahwa materi tersebut hendaknya bersifat praktis (menjawab kebutuhan) dan dapat segera diterapkan di dalam kenyataan sehari-hari.

Beberapa Implikasi Untuk Praktek

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan sementara beberapa perbedaan teoritis dan asumsi yang mendasari andragogi dan pedagogi (konvensional) yang menimbulkan berbagai implikasi dalam praktek.

Dalam pedagogi atau konsep pendidikan konvensional, karena berpusat pada materi pembelajaran (Subject Matter Centered Orientation) maka implikasi yang timbul pada umumnya peranan guru, pengajar, pembuat kurikulum, evaluator sangat dominan. 

Pihak murid atau peserta belajar lebih banyak bersifat pasif dan menerima. Paulo Freire, menyebutnya sebagai "Sistem Bank" (Banking System). Hal ini dapat terlihat pada hal-hal sebagai berikut:

Penentuan mengenai materi pengetahuan dan ketrampilan yang perlu disampaikan yang bersifat standard dan kaku.

Penentuan dan pemilihan prosedur dan mekanisme serta alat yang perlu (metoda & teknik) yang paling efisien untuk menyampaikan materi pembelajaran.

Pengembangan rencana dan bentuk urutan (sequence) yang standard dan kaku Adanya standard evaluasi yang baku untuk menilai tingkat pencapaian hasil belajar dan bersifat kuantitatif yang bersifat untuk mengukur tingkat pengetahuan.

Adanya batasan waktu yang demikian ketat dalam "menyelesaikan" suatu proses pembelajaran materi pengetahuan dan ketrampilan.


Dalam andragogi, peranan guru, pengajar atau pembimbing yang sering disebut dengan fasilitator adalah mempersiapkan perangkat atau prosedur untuk mendorong dan melibatkan secara aktif seluruh warga belajar, yang kemudian dikenal dengan pendekatan partisipatif. 

Dalam  proses belajarnya melibatkan elemen-elemen:

Menciptakan iklim dan suasana yang mendukung proses belajar mandiri.

Menciptakan mekanisme dan prosedur untuk perencanaan bersama dan partisipatif.

Diagnosis kebutuhan-kebutuhan belajar yang spesifik.

Merumuskan tujuan-tujuan program yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan belajar.

Merencanakan pola pengalaman belajar.

Melakukan dan menggunakan pengalaman belajar ini dengan metoda dan teknik yang memadai.

Mengevaluasi hasil belajar dan mendiagnosis kembali kebutuhan-kebutuhan belajar, sebagai sebuah proses yang tidak berhenti.


Oleh karena itu, dalam memproses interaksi belajar dalam pendidikan orang dewasa, kegiatan dan peranan fasilitator bukanlah memindahkan pengetahuan dan ketrampilan kepada peserta pelatihan. 

Peranan dan fungsi fasilitator adalah mendorong dan melibatkan seluruh peserta dalam proses interaksi belajar mandiri, yaitu proses belajar untuk memahami permasalahan nyata yang dihadapinya, memahami kebutuhan belajarnya sendiri, dapat merumuskan tujuan belajar, dan mendiagnosis kembali kebutuhan belajarnya sesuai dengan perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu.

Dengan begitu maka tugas dan peranan fasilitator bukanlah memaksakan program atau kurikulum dari atas atau dari NGO  yang dibuat di balik meja –yang berjarak/terlepas – dari  kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi peserta belajar.

Langkah-Langkah Pokok Dalam Proses belajar  Partisipatif (Andragogi)

Berdasarkan pada implikasi andragogi untuk praktek dalam proses pembelajaran kegiatan pelatihan, maka perlu ditempuh langkah-langkah pokok sebagai berikut:

1.    Menciptakan Iklim Pembelajaran yang Kondusif

Ada beberapa hal pokok yang dapat dilakukan dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan suasana yang kondusif untuk proses pembelajaran, yaitu:

Pengaturan Lingkungan Fisik

Pengaturan lingkungan fisik merupakan salah satu unsur dimana orang dewasa merasa terbiasa, aman, nyaman dan mudah. Untuk itu perlu dibuat senyaman mungkin:

Penataan dan peralatan hendaknya disesuaikan dengan kondisi orang dewasa.

Alat peraga dengar dan lihat yang dipergunakan hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik orang dewasa.

Penataan ruangan, pengaturan meja, kursi dan peralatan lainnya hendaknya memungkinkan terjadinya interaksi sosial.

Pengaturan Lingkungan Sosial dan Psikologis

Iklim psikologis hendaknya merupakan salah satu faktor yang membuat orang dewasa merasa diterima, dihargai dan didukung. Untuk itu diperlukan:

1.       Fasilitator lebih bersifat membantu dan mendukung.

2.       Mengembangkan suasana bersahabat, informal dan santai.

3.       Menciptakan suasana demokratis dan kebebasan untuk menyatakan pendapat tanpa rasa takut.

4.       Mengembangkan semangat kebersamaan.

5.       Menghindari adanya pengarahan dari siapapun.

6.       Menyusun kontrak belajar yang disepakati bersama

2.    Diagnosis Kebutuhan Belajar

Dalam andragogi tekanan lebih banyak diberikan pada keterlibatan seluruh warga/peserta belajar di dalam suatu proses melakukan diagnosis kebutuhan belajarnya:

Melibatkan seluruh pihak terkait (stakeholder) terutama pihak yang terkena dampak langsung atas kegiatan itu.

Membangun dan mengembangkan suatu model kompetensi atau prestasi ideal yang diharapkan 

Menyediakan berbagai pengalaman yang dibutuhkan.

Lakukan perbandingan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada, misalkan kompetensi tertentu.

3.    Proses Perencanaan

Dalam perencanaan pendidikan hendaknya melibatkan semua pihak terkait, terutama yang akan terkena dampak langsung atas kegiatan pendidikan tersebut. Tampaknya ada suatu "hukum" atau setidak tidaknya suatu kecenderungan dari sifat manusia bahwa mereka akan merasa 'committed' terhadap suatu keputusan apabila mereka terlibat dan berperanserta dalam pengambilan keputusan. Untuk itu diperlukan:

Libatkan peserta untuk menyusun rencana pendidikan, baik yang menyangkut penentuan materi pembelajaran, penentuan waktu dan lain-lain.

Temuilah dan diskusikanlah segala hal dengan berbagai pihak terkait menyangkut pendidikan tersebut.

Terjemahkan kebutuhan-kebutuhan yang telah diidentifikasi ke dalam tujuan yang diharapkan dan ke dalam materi belajar.

Tentukan pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas di antara pihak terkait siapa melakukan apa dan kapan.


4.    Memformulasikan Tujuan

Setelah menganalisis hasil-hasil identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang ada, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan yang disepakati bersama dalam proses perencanaan partisipatif. 

Dalam merumuskan tujuan hendaknya dilakukan dalam bentuk deskripsi tingkah laku yang akan dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan tersebut di atas. Dalam setiap proses belajar, tujuan belajar hendaklah mencakup tiga hal pokok yakni: kognitif, afektif, dan psikomotorik.

5.    Mengembangkan Model Umum

Ini merupakan aspek seni dan arsitektural dari perencanaan pendidikan dimana harus disusun secara harmonis antara beberapa kegiatan belajar seperti kegiatan diskusi kelompok besar, kelompok kecil, urutan materi dan lain sebagainya. Dalam hal ini tentu harus diperhitungkan pula kebutuhan waktu dalam membahas satu persoalan dan penetapan waktu yang sesuai.

6.    Menetapkan Materi dan Teknik Pembelajaran

Dalam menetapkan materi dan metoda atau teknik pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Materi pembelajaran hendaknya ditekankan pada pengalaman-pengalaman nyata dari peserta belajar.
Materi belajar hendaknya sesuai dengan kebutuhan dan berorientasi pada aplikasi praktis. Bukan berarti materi yang disusun hanya bersifat pragmatis.
Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya menghindari teknik yang bersifat pemindahan pengetahuan dari fasilitator kepada peserta, tetapi akan lebih baik jika bersifat mendorong ketajaman analisis dan metodologi.
Metoda dan teknik yang dipilih hendaknya tidak bersifat satu arah namun lebih bersifat partisipatif, atau dalam bahasa Freire “dialogis”.


7.    Peranan Evaluasi

Pendekatan evaluasi secara konvensional (pedagogi) kurang efektif untuk diterapkan bagi orang dewasa. Untuk itu pendekatan ini tidak cocok dan tidaklah cukup untuk menilai hasil belajar orang dewasa. Ada beberapa pokok dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar bagi orang dewasa yakni:

Evaluasi hendaknya berorientasi kepada pengukuran perubahan perilaku setelah mengikuti proses pembelajaran / pelatihan.
Sebaiknya evaluasi dilaksanakan melalui pengujian terhadap dan oleh peserta belajar itu sendiri (Self Evaluation).
Perubahan positif perilaku merupakan tolok ukur keberhasilan.
Ruang lingkup materi evaluasi "ditetapkan bersama secara partisipatif" atau berdasarkan kesepakatan bersama seluruh pihak terkait yang terlibat.
Evaluasi ditujukan untuk menilai efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan program pendidikan yang mencakup kekuatan maupun kelemahan program.
Menilai efektifitas materi yang dibahas dalam kaitannya dengan perubahan sikap dan perilaku.

Demikian semoga saja ada manfaatnya.

Terima kasih. 


Artikel terkaitlainnya:

Pendidikan orang dewasa

Mengenal sistim pembelajaran orang dewasa di masyarakat

Prinsip pendidikan orang dewasa

Implementasi prinsip-prinsip pendidikan orang dewasa dalam penyuluhan

Sumber Referensi:

Diklat,BAKORLUH, Propinsi Bengkulu, dalam rangka Peningkatan SDM apaaratur pertanian, Kelautan dan perikanan