Qn Forum

Ask Your Questions in Related Category

Showing posts with label Penangkapan Ikan. Show all posts
Showing posts with label Penangkapan Ikan. Show all posts

Alat Penangkap Ikan Bubu


Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap

Bubu adalah alat tangkap yang umum dikenal dikalangan nelayan, yang berupa jebakan, dan bersifat pasif. Bubu sering juga disebut perangkap “ traps “ dan penghadang “guiding barriers”. Alat ini berbentuk kurungan seperti ruangan tertutup sehingga ikan tidak dapat keluar. 

Bubu Ikan

Bubu merupakan alat tangkap pasif, tradisional yang berupa perangkap ikan tersebut dari bubu, rotan, kawat, besi, jaring, kayu dan plastik yang dijalin sedemikian rupa sehingga ikan yang masuk tidak dapat keluar. Prinsip dasar dari bubu adalah menjebak penglihatan ikan sehingga ikan tersebut terperangkap di dalamnya, alat ini sering diberi nama ftshing pots atau fishing basket.(Brandt, 1984).


Bubu adalah perangkap yang mempunyai satu atau dua pintu masuk dan dapat diangkat ke beberapa daerah penangkapan dengan mudah, dengan atau tanpa perahu (Rumajar, 2002). Menurut Martasuganda, (2005)Teknologi penangkapan menggunakan bubu banyak dilakukan di negara­negara yang menengah maupun maju. 

Untuk skala kecil dan menengah banyak dilakukan di perairan pantai, hampir seluruh negara yang masih belum maju perikanannya, sedangkan untuk negara dengan sistem perikanan yang maju pengoperasiannya dilakukan dilepas pantai yang ditujukan untuk menangkap ikan-ikan dasar, kepiting, udang yang kedalamannya 20 m sampai dengan 700 m. Bubu skala kecil ditujukan untuk menagkap kepiting, udang, keong, dan ikan dasar di perairan yang tidak begitu dalam.

Subani dan Barus (1989), menyatakan bahwa Bentuk dari bubu bermacam-macam yaitu bubu berbentuk lipat, sangkar (cages), silinder (cylindrical), gendang, segitiga memanjakan (kubus), atau segi banyak, bulat setengah lingkaran dan lain-lainnya. Secara garis besar bubu terdiri dari badan (body), mulut (funnel) atau ijeb dan pintu. Badan bubu berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung. Mulut bubu (funnel) berbentuk corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tapi tidak dapat keluar dan pintu bubu merupakan bagaian temapat pengambilan hasil tangkapan.

Menurut Brandt (1984), mengklasifikasi bubu menjadi beberapa jenis, yaitu :

1. Berdasarkan sifatnya sebagai tempat bersembunyi / berlindung :
  • Perangkap menyerupai sisir (brush trap);
  • Perangkap bentuk pipa (eel tubes);
  • Perangkap cumi-cumi berbentuk pots (octoaupuspots).
2. Berdasarkan sifatnya sebagai penghalang :
  • Perangkap yang terdapat dinding / bendungan;
  • Perangkap dengan pagar-pagar (fences);
  • Perangkap dengan jeruji (grating);
  • Ruangan yang dapat terlihat ketika ikan masuk (watched chambers).
3. Berdasarkan sifatnya sebagai penutup mekanis bila tersentuh
  • Perangkap kotak (box trap);
  • Perangkap dengan lengkungan batang (bend rod trap);
  • Perangkap bertegangan (torsion trap).
4. Berdasarkan dari bahan pembuatnya
  • Perangkap dari bahan alam (genuine tubular traps);
  • Perangkap dari alam (smooth tubular);
  • Perangkap kerangka berduri (throrrea line trap).
5. Berdasarkan ukuran, tiga dimensi dan dilerfgkapi dengan penghalang
  • Perangkap bentuk jambangan bunga (pots);
  • Perangkap bentuk kerucut (conice);
  • Perangkap berangka besi.

Klasifikasi Bubu Menurut Cara Operasinya


Dalam operasionalnya, bubu terdiri dari tiga jenis, yaitu :

1.) Bubu Dasar (Ground Fish Pots).: 

Bubu yang daerah operasionalnya berada di dasar perairan. Untuk bubu dasar, ukuran bubu dasar bervariasi, menurut besar kecilnya yang dibuat menurut kebutuhan. 

Untuk bubu kecil, umumnya berukuran panjang 1m, lebar 50-75 cm, tinggi 25-30 cm. untuk bubu besar dapat mencapai ukuran panjang 3,5 m, lebar 2 m, tinggi 75-100 cm. Hasil tangkapan dengan bubu dasar umumnya terdiri dari jenis-jenis ikan, udang kualitas baik, seperti Kwe (Caranx spp), Baronang (Siganus spp), Kerapu (Epinephelus spp), Kakap ( Lutjanus spp), kakatua (Scarus spp), Ekor kuning (Caeslo spp), Ikan Kaji (Diagramma spp), Lencam (Lethrinus spp), udang penaeld, udang barong, kepiting, rajungan, dll (Anonim. 2007).

2.) Bubu Apung (Floating Fish Pots): 

Bubu yang dalam operasional penangkapannya diapungkan. Tipe bubu apung berbeda dengan bubu dasar. Bentuk bubu apung ini bisa silindris, bisa juga menyerupai kurung-kurung atau kantong yang disebut sero gantung. 

Bubu apung dilengkapi dengan pelampung dari bambu atau rakit bambu yang penggunaannya ada yang diletakkan tepat di bagian atasnya. Hasil tangkapan bubu apung adalah jenis-jenis ikan pelagik, seperti tembang, japuh, julung-julung, torani, kembung, selar, dll. Pengoperasian Bubu apung dilengkapi pelampung dari bambu atau rakit bambu, dilabuh melalui tali panjang dan dihubungkan dengan jangkar. Panjang tali disesuaikan dengan kedalaman air, umumnya 1,5 kali dari kedalaman air, (Anonim. 2007).

3.) Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots) 

Bubu yang dalam operasional penangkapannya dihanyutkan. Bubu hanyut atau “ pakaja “ termasuk bubu ukuran kecil, berbentuk silindris, panjang 0,75 m, diameter 0,4-0,5 m. 

Hasil tangkapan bubu hanyut adalah ikan torani, ikan terbang (flying fish). Pada waktu penangkapan, bubu hanyut diatur dalam kelompok-kelompok yang kemudian dirangkaikan dengan kelompok-kelompok berikutnya sehingga jumlahnya banyak, antara 20-30 buah, tergantung besar kecil perahu/kapal yang digunakan dalam penangkapan (Anonim. 2007).

Operasi penangkapan dilakukan sebagai berikut :
1. Pada sekeliling bubu diikatkan rumput laut;
2. Bubu disusun dalam 3 kelompok yang saling berhubungan melalui tali penonda (drifting line).

Penyusunan kelompok (contohnya ada 20 buah bubu) : 10 buah diikatkan pada ujung tali penonda terakhir, kemudian kelompok berikutnya terdiri dari 8 buah dan selanjutnya 4 buah, lalu disambung dengan tali penonda yang langsung diikatkan dengan perahu penangkap dan diulur sampai ± antara 60 -150 m (Anonim. 2007).
Disamping ketiga bubu yang disebutkan di atas, terdapat beberapa jenis bubu yang lain seperti :
1.      Bubu Jermal : Termasuk jermal besar yang merupakan perangkap pasang surut (tidal trap);
2.      Bubu Ambai : Disebut juga ambai benar, bubu tiang, termasuk pasang surut ukuran kecil;
3.      Bubu Apolo :Hampir sama dengan bubu ambai, bedanya ia mempunyai 2 kantong, khusus menangkap udang rebon.
Bubu Ambai
Bubu ambai termasuk perangkap pasang surut berukuran kecil, panjang keseluruhan antara 7-7,5 m. bahan jaring yaitu terbuat dari nilon (polyfilament). Jaring ambai terdiri dari empat bagian menurut besar kecilnya mata jaring, yaitu bagian muka, bagian tengah, bagian belakang dan bagian kantung. Mulut jaring ada yang berbentuk bulat, ada juga yang berbentuk empat persegi berukuran 2,6 x 4,7 m. pada kanan-kiri mulut terdapat gelang, terbuat dari rotan maupun besi yang jumlahnya 2-4 buah. Gelang- gelang tersebut dimasukkan dalam banyaknya jaring ambai dan dipasang melintang memotong jurusan arus. Satu deretan ambai terdiri dari 10-22 buah yang merupakan satu unit, bahkan ada yang mencapai 60-100 buah/unit. Hasil tangkapan bubu ambai bervariasi menurut besar kecilnya mata jaring yang digunakan. Namun, pada umumnya hasil tangkapannya adalah jenis-jenis udang (Subani dan Barus, 1989).
Bubu Apolo
Bahan jaring dibuat dari benang nilon halus yang terdiri dari bagian mulut, bagian badan, kaki dan bagian kantung. Panjang jaring keseluruhan mencapai 11 m. Mulut jaring berbentuk empat persegi dengan lekukan bagian kiri dan kanan. Panjang badan 3,75 m, kaki 7,25 m dan lebar 0,60 m. pada ujug kaki terdapat mestak yang diikuti oleh adanya dua kantung yang panjangnya 1,60 m dan lebar 0,60 m. Hasil tangkapan bubu apolo sama dengan hasil tangkapan dengan menggunakan bubu ambai, yakni jenis-jenis udang (Subani dan Barus, 1989).
Konstruksi Bubu
Menurut Subani dan Barus. (1999), Bentuk bubu bervariasi. Ada yang seperti sangkar (cages), silinder (cylindrical),gendang, segitiga memanjang (kubus) atau segi banyak, bulat setengah lingkaran, dll. Bahan bubu umumnya dari anyaman bambu (bamboo`s splitting or-screen). Secara umum, bubu terdiri dari bagian-bagian badan (body), mulut (funnel) atau ijeh, pintu.
-  Badan (body): Berupa rongga, tempat dimana ikan-ikan terkurung.
-  Mulut (funnel): Berbentuk seperti corong, merupakan pintu dimana ikan dapat masuk tidak dapat keluar.
-  Pintu : Bagian tempat pengambilan hasil tangkapan.

Daerah Penangkapan

1.) Bubu Dasar (Ground Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan (Anonim, 2006)
2.) Bubu Apung (Floating Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu apung dihubungkan dengan tali yang disesuaikan dengan kedalaman tali, yang biasanya dipasang pada kedalaman 1,5 kali dari kedalaman air (Anonim, 2006).
3.) Bubu Hanyut (Drifting Fish Pots)
Dalam operasi penangkapan, bubu hanyut ini sesuai dengan namanya yaitu dengan menghanyutkan ke dalam air (Anonim, 2006).
4.) Bubu Jermal dan Bubu Apolo
Dalam operasi penangkapan, kedua bubu di atas diletakkan pada daerah pasang surut (tidal trap). Umumnya dioperasikan di daerah perairan Sumatera (Anonim, 2006).
5.) Bubu Ambai
Lokasi penangkapan dengan bubu ambai dilakukan pada jarak antara 1-2 mil dari pantai (Anonim, 2006).

Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Bubu

Menurut BPPI (1996), alat tangkap bubu lebih cocok dioperasikan di perairan dangkal, berkarang clan berpasir dengan keadalaman 2-7 m karena umumnya terbuat dari bambu. Bubu diletakkan pada celah karang untuk menghadang ikan yang keluar dari celah karang clan posisi mulutnya harus menghadap ke hilir mudik ikan yang berada di perairan karang.
Metode pengoperasian untuk semua jenis bubu biasannya sama, yaitu dipasang di daerah penangkapan yang sudah diperkirakan adanya stok ikan seperti ikan dasar, udang, kepiting, keong, cumi-cumi dan biota lainnya yang bisa ditangkap oleh bubu. Pemasangan bubu ada yang dipasa       secara tunggal dan juga ada yang beruntai (seperti pemasangan, rawai). Ditambahkan menurut Direktorat Jendral Perikanan (1997), cara pengoperasiaan bubu dapat dimulai antara lain pemberian umpan, selanjutnya perahu berangkat menuju daerah operasi (fishing Xrouncl) sambil mengamati kondisi perairan. Bubu dipasang di perairan karang dan merupakan habitat ikan karang. Kemudian pengangkatan bubu harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk memberikan kesempatan ikan dalam beradaptasi terhadap perbedaan tekanan air dalam perairan. Cara pertama, bubu dipasang secara terpisah (umumnya bubu berukuran besar), satu bubu dengan satu pelampung. Cara kedua dipasang secara bergandengan (umumnya bubu ukuran kecil sampai sedang) dengan menggunakan tail utama, sehingga cara ini dinamakan "longline trap". Untuk cara kedua ini dapat dioperasikan beberapa bubu sampai puluhan bahkan ratusan bubu. Biasanya dioperasikan dengan menggunakan kapal yang bermesin serta dilengkapi dengan katrol. Tempat pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara pemasangan bubu dasar biasanya dilakukan di perairan karang atau diantara karang-karang atau bebatuan.
Menurut Martasuganda (2002), waktu pemasangan (setting) dan pengangkatan (hauling) ada yang dilakukan pagi hari, siang hari, sore hari, sebelum matahari tenggelam. Lama perendaman bubu di perairan ada yang hanya direndam beberapa jam, ada yang direndam satu malam, ada juga yang direndam tiga sampai dengan empat hari.

Alat Penangkapan Ikan Jenis Long Line

Penangkapan ikan tuna di laut dilakukan dengan menggunakan alat tangkap ikan yang dioperasikan oleh suatu kapal ikan.  Alat tangkap ikan tersebut salah satunya adalah tuna longline. Berikut beberapa informasi terkait dengan tuna longline. Semoga bermanfaat.

Karakteristik
Tuna longline merupakan alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan oseanis pelagis, karena menurut Farid et al. (1989) konstruksinya mampu menjangkau swimming layer tuna. 

Hal ini dapat dilihat dari 40% produksi tuna di dunia dihasilkan oleh alat tangkap tuna longline dan selebihnya dihasilkan oleh purse seine, trolling serta alat tangkap lainnya (Simorangkir, 1982). 

Selain efektif alat tangkap tuna longline juga merupakan alat tangkap yang selektif terhadap hasil tangkapannya dan cara pengoperasiannya bersifat pasif sehingga tidak merusak sumber daya hayati perairan (Nugraha et al., 2010).


Tuna longline atau juga dikenal sebagai rawai tuna merupakan alat penangkap ikan tuna yang paling efektif. Rawai tuna terdiri dari rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu kapal tuna longline biasanya mengoperasikan 1000-2000 mata pancing untuk sekali operasi. Alat tangkap ini bersifat pasif, yaitu menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. 

Setelah pancing diturunkan ke perairan dan mesin kapal dimatikan, kapal dan alat tangkap dihanyutkan mengikuti arus atau drifting. Drifting berlangsung selama 4-5 jam dan selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal. Alat tangkap ini termasuk alat tangkap ramah lingkungan karena bersifat selektif terhadap jenis ikan yang ditangkap.

Di Pelabuhan Benoa Bali, desain dan konstruksi rawai tuna didasarkan dibedakan menjadi 2 sistem yaitu sistem arranger dan non arranger (blong dan basket). Satu unit longline terdiri dari pelampung (float), tali pelampung (float line), tali utama (main line) dengan sejumlah tali cabang (branch line) yang berpancing (hook). 

Bahan tali utama dan tali cabang dapat terbuat dari bahan polymide dan nylon (monofilamen) atau bahan polyethilene. Dalam satu pelampung digunakan 7-17 mata pancing dengan jenis umpan yang berbeda. Umpan yang digunakan terdiri dari umpan hidup (ikan bandeng) dan umpan mati seperti ikan lemuru, layang, cumi dan tongkol (ATLI, 2010).

Cara Operasi

Kondisi pancing pada satu pelamung disesuaikan dengan kedalaman perairan yang akan dijangkau oleh pancing. Jangkauan terdalam bisa mencapai 450 meter. 

Secara ringkas dalam kegiatan operasi penangkapan rawai tuna, setelah persiapan dilakukan dan kapal ikan telah tiba di fishing ground yang telah ditentukan, selanjutnya dilakukan setting yang diawali dengan penurunan pelampung bendera dan penebaran tali utama. 

 Selanjutnya dilakukan penebaran pancing yang telah dipasangi umpan. Rata-rata waktu yang digunakan untuk melepas pancing 0,6 menit/pancing.

Pelepasan pancing dilakukan menurut garis yang menyerang atau tegak lurus terhadap arus. Pelepasang pancing umumnya dilakukan saat malam dengan pertimbangan pancing yang telah terpasang waktu pagi saat ikan aktif mencari mangsa. Pengoperasian juga dapat dilakukan pada siang hari. 

Penarikan alat tangkap dilakukan setelah berada didalam air selama 3-6 jam. Penarikan dilakukan dengan menggunakan line hauler yang dapat diatur kecepatannya. Lamanya penarikan alat tangkap sangat ditentukan oleh banyaknya hasil tangkapan dan faktor cuaca. Penarikan biasanya membutuhkan waktu 3 menit/pancing.

Baca Juga


- Pancing Kotrek

- Pembuatan RAWAI DASAR
- Pengoperasian Rawai Dasar
- Pancing Rawai Menetap
- Long Line Lengkap

ALAT TANGKAP PURSE SEINE



Purse Seine merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang biasanya digunakan dilaut atau samudra. Biasanya alat tangkap purse seine ini disebut juga sebagai  pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin yang juga disertai tali cincin  atau tali kerut yang di lalukan di dalamnya.

Fungsi dari cincin dan tali kerut / tali kolor ini sangat penting dan terutama pada saat melakukan sistim operasi yang dilakukan di laut. Fungdi manfaat adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.

Prinsip dasar dalam usaha menangkap ikan dengan alat tangkap purse seine ini adalah dengan cara melingkari suatu gerombolan ikan, kemudian setelah jaring sudah melingkar itu selanjutnya jaring bagian bawah dikerucutkan, sehingga dengan cara seperti ini maka ikan-ikan akan berkumpul di bagian kantong. 


Alat Penangkap Ikan Huhate (Pole and Line)

Pengertian Alat Tangkap Huhate (Pole and Line)

Huhate (Skipjack pole and line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole and line” adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan lain sebagainya.

Alat tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di kawasan Timur Indonesia salah satunya adalah Pole and line. Studi yang dilakukan Bustaman S dan Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap tersebut, Pole and line, Long line dan Trawl line merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan tersebut (Winarso, 2004). Untuk Cakalang, alat yang berperan besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen Perikanan, 1989).


Jenis - Jenis Alat Tangkap Ikan Khas Dari Indonesia


1. Pukat Udang
Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau adalah jaring yang berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui samping atau belakang. Alat ini merupakan alat yang efektif namun tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya.

Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif. Aturan-aturan yang diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif sudah memadai, namun pada prakteknya sering kali dijumpai penyimpangan-penyimpangan yang pada akhirnya dapat merugikan semua pihak.


Tujuan utama pukat udang adalah untuk menangkap udang dan juga ikan perairan dasar (demersal fish).

Sero, Alat Tangkap Ramah Lingkungan


Bagi Suku Bajo, laut adalah tempat untuk mereka menggantungkan hidup, sehingga luasnya laut dapat mereka fungsikan untuk berbagai kepentingan yang berhubungan dengan aktifitas nelayan. Di lautan pula para nelayan Suku Bajo ini memasang berbagai alat untuk menangkap ikan.



Salah satu alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan adalah sero. Sero di pasang di tengah laut dengan kedalaman 4 meter, sero berbentuk lingkaran dengan diameter sekitar 10 meter, menggunakan sayap yang memanjang ke depan. Untuk bahan penyangganya di gunakan tiang yang terbuat dari kayu setinggi 5-6 meter. Dalam bahasa Bajo disebut balas bila. Kayu yang di pasang tersebut di lengkapi  dengan jaring sepanjang lingkaran sero. Selain balas bila, di sero juga di kenal sebutan Panajo yaitu ujung sero yang di pasangkan tanda, dengan tali dihubungkan ke badan sero dan pamangkungang yaitu tempat penampungan ikan setelah ikan masuk ke dalam sero.

Video Penangkapan Pole and Line

Pole and line adalah sistim usaha perikanan tangkap yang biasa dilakukan oleh para Nelayan baik di Indonesia maupun di Luar negeri. Usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap ini termasuk sangat modern. Di Indonesia penggunaan alat tangkap ini biasanya di di lakukan di Daerah Indonesia bagian Timur termasuk di Laut arafuru. Prinsip penangkapan ini adalah memancing dengan keahkian dan ketrampilan secara terlatih sehingga ikan dapat diambil melalui mata pancing yang menggunakan Umpan palsu.

ALat Penangkap Ikan Pole And Line


Pole and Line
Pole anda Line adalah salah satu dari jenis alat penangkapan Ikan laut yang biasa dilakukan oleh para Nelayan pada daerah tertentu yaitu yang memiliki potensi Jenis Ikan pelagis atau ikan permukaan yang cukup besar dan memiliki nilai ekonomis tingggi seperti Ikan cakalang.


Alat tangkap Pole and line ini memiliki konsturksi yang  sangat sederhana terdiri dari joran, tali pancing dan mata pancing, khusus untuk mata pancing  yang tidak seperti mata pancing pada umumnya yaitu mata pancing yang tidak berkait balik,

Pukat Udang (Shrimp Trawl)

PUKAT UDANG (SHRIMP TRAWL)


Definisi Pukat Udang

Pukat udang adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle Excluder Device/TED, tujuan utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh satu kapal motor.



Hasil Tangkapan Mini long line


Long Line
Teknologi Penangkapan ikan tuna dapat dilakukan dengan berbagai cara, diberbagi Daerah mereka ada yang menggunakan Pancing tonda, Pole and line, dan Rawai. Karena Mini Long line atau Rawai tuna adalah alat tangkap yang termasuk dalam golongan tali dan pancing yang ditujukan untuk menangkap ikan tuna yang hidup di dekat permukaan laut.  


Maka alat tangkap Mini  long line terdiri dari rangkaian  tali dan pancing yaitu : tali pelampung, tali utama, tali cabang dan pancing serta pelampung  yang  gunanya untuk menjaga alat tangkap tersebut sehingga tetap berada di kolom air bagian atas.


Teknologi Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur



Penyuluh Perikanan - Teknologi penangkapan ikan pada dewasa ini sudah mengalami perkembangan yang cukup bagus baik dari segi alat penangkapan ikan, alatalat bantu operasi penangkapan ikan dan teknik pengoperasian alat penangkap ikannya. Walaupun demikian alat penangkap jenis Pancing Ulur ini merupakan salah satu alat penangkap ikan yang sudah lama dan banyak digunakan oleh para nelayan tradisionil skala kecil. Pancing Ulur dapat ditemui hampir diseluruh wilayah Indonesia dan telah digunakan oleh para nelayan. Kontribusi hasil tangkapan Pancing Ulur terhadap produksi perikanan nasional cukup memadai untuk konsumsi setempat.

PENGOPERASIAN JARING MILENIUM


Sahabat Penyuluh perikanan yang saya hormati, setelah  kita mempelajari postingan tentang pengenalan jaring milenium dan memahami tentang bagian-bagian pada jaring milenium, maka pada kesempatan ini Penyuluh perikanan akan membahas tentang cara melakukan pengoperasian jaring milenium. Kalau kita perhatikan secara jelas memang tidak jauh berbeda, bahwa Jaring millenium sebenarnya adalah jaring insang, cuma mengalami  modifikasi pada senarnya, kalau pada umumnya pakai senar yang mono, sekarang menggunakan senar yang berserat atau poll, jaring millenium berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi pelampung, pemberat tali ris atas dan bawah.


Menangkap Ikan Menggunakan Cahaya

Lacuda BBPI Semarang
Menangkap ikan, adalah kegiatan perburuan seperti halnya menangkap harimau, babi hutan atau hewan-hewan liar lainnya di hutan. Karena sifatnya memburu, menjadikan kegiatan penangkapan ikan mengandung ketidakpastian yang tinggi. Untuk mengurangi ketidakpastian hasil tangkapan ikan tersebut, nelayan sudah sejak lama menggunakan sarana “cahaya” sebagai alat bantu penangkapan ikan.

Sebelum teknologi electrical light berkembang dengan pesat seperti sekarang ini, nelayan-nelayan di berbagai belahan dunia menggunakan cahaya lampu obor sebagai alat bantu penangkapan ikan. Pada awalnya penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan hanya terbatas pada perikanan tradisional yang terletak di pantai saja, seperti perikanan pukat pantai, sero, dan beberapa alat tangkap bagan lainnya. Namun, seiring dengan berkembangnya kegiatan perikanan tradisional menjadi industri, pemanfaatan cahaya sebagai alat bantu berkembang luas untuk membantu penangkapan ikan pada perikanan purse seine, bagan, stick held deep nets, dan lain-lain.







Alat Tangkap Jaring Insang (Gill Net)


GillNet
Definisi Alat Tangkap


Gill net sering diterjemahkan dengan “jaring insang”, “jaring rahang”, dan lain sebagainya. Istilah “gill net” didasarkan pada pemikiran bahwa ikan-ikan yang tertangkap “gilled-terjerat” pada sekitar operculum nya pada mata jaring. Sedangkan “gill net dasar” atau “bottom gill net” adalah jaring insang, jaring rahang yang cara operasinya ataupun kedudukan jaring pada fishing ground direntangkan pada dasar laut, yang demikian berarti jenis-jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan ialah ikan-ikan dasar (bottom fish) ataupun ikan-ikan damersal, dengan bahan jaring terbuat dari multi fibre.


Pancing Rawai Dasar


Rawai dasar
PenyuluhPerikanan. Kegiatan penangkapan ikan Merupakan salah satu kegiatan yang bersifat sama seperti orang berburu, yang dilakukan di laut guna menangkap ikan yang layak untuk konsumsi. Berbagai jenis alat tangkap telah dikembangkan untuk membantu mempermudah proses berburu di laut. Alat tangkap dikembangkan dengan mengacu pada tingkah laku jenis ikan dan habitat dimana ikan berada. 

Berdasarkan habitat ikan, sumber daya ikan dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu ikan pelagis (permukaan) dan ikan demersal (ikan dasar). Jenis-ienis ikan dasar, biasanya adalah ikan karnivora yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti; ikan-ikan karang, kerapu, cucut, dsb. Sesuai dengan karakteristik habitat dan tingkah laku ikan dasar, kemudian dikembangkan beberapa alat tangkap, seperti; pancing, jaring dasar dan rawai dasar.

BAGIAN PADA JARING MILENIUM


Pembuatan Jaring Millenium
Sahabat Penyuluh Perikanan yang saya hormati, selamat datang salam jumpa.

Dalam postingan ini Penyuluh perikanan  akan membahas tentang bagiam-bagian pada jaring milenium. Pada postingan sebelumnya  Penyuluh perikanan telah memperkenalkan tentang jaring Milenium, dan postingan ini merupakan kelanjutan pada postingan sebelunya. Bagian-bagian dari jaring milenium umumnya terdiri dari : pelampung, tali  pelampung, tali ris atas, badan jaring dan pemberat.


PERLENGKAPAN ALAT NAVIGASI DAN KOMUNIKASI PADA KAPAL

Alat Navigasi kapal merupakan suatu yang sangat penting dalam menentukan arah kapal, Pada zaman dahulu kala Untuk menentukan arah kapal berlayar tidak jauh dari benua atau daratan.

alat komunikasi kapal digunakan untuk berhubungan antara awak kapal yang beada pada satu kapal, atau dapat di gunakan untuk komunikasi dengan kapal lain, dan atau berkomunikasi dengan darat.

zaman dulu navigasi kapal atau arah tujuan kapal dilakukan dengan melihat posisi benda-benda langit seperti matahari dan bintang-bintang dilangit, nah lho kira-kira gimana ya klo langit langit mendung. pasti jadi susah menentukan arah tujuan kapal untuk zaman sekarang lebih mudah dengan alat-alat navigasi kapal modern.

nah sekarang kapal cargo mau membahas tentang alat navigasi kapal, ini dia alat-alat navigasi kapal :

UMPAN MINI LONG LINE ATAU RAWAI TUNA


Mini long line atau rawai tuna dalam operasinya menggunakan Umpan dari jenis ikan. Biasanya sebelum akan melakukan operasi dilakukan penangkapan (Fishing) untuk mencari umpan di laut itu sendiri, baik dengan Gilnet maupun dengan alat tangkap lainnya sehingga Ikan yang akan ditangkap dapat dijadikan  sebagai umpan untuk melakukan kegiatan penangkapan pada Mini long line atau rawai tuna.

Ada beberapa jenis ikan yang biasa digunakan sebagai Umpan untuk Mini long line atau rawai tuna seperti Ikan Lemuru, Cumi-cumi atau sotong, Ikan kembung, ikan layang atau ikan lainnya yang sejenis, termasuk juga ikan bandeng.

Mengenal Jaring Milenium


Sahabat semua yang saya hormati, selamat datang salam jumpa dan salam sukses untuk  semua. Pada kesempatan kali ini Penyuluh perikanan akan memperkenalkan tentang jaring Milenium. saat ini jaring milenium sudah dikenal dan diketahui oleh para Nelayan sebagai Usaha Penangkapan. 



jaring Milenium ini merupakan Modifikasi dari alat tangkap Gillnet yang pertama kali ditemukan oleh salah seorang yang bernama H. Chartisah, dari lndramayu.  Kapal yang dimiliki H. Chartsah jumlahnya 26 kapal, dengan tonase kapal rata-rata 28 GT (gross ton). Rata-rata biaya operasional adalah Rp 30 juta untuk satu kali trip (kurang lebih 30-40 hari), sedangkan wilayah penangkapan sampai daerah Bengkulu dan Kalimantan Barat. Apabila bulan baik satu trip bisa mendapatkan nilai tangkapan sampai Rp 60-80 juta (sumber Aplikasi Data base teknologie tepat guna).


Menangkap ikan dengan Rawai

Rawai ini merupakan alat tangkap yang dilakukan oleh para Nelayan baik di Indonesia maupun Luar negeri. Alat tangkap Rawai ini jenisnya juga banyak sekali dan bermacam macam
mulai dari jenis rawai permukaan pertengahan maupun Rawai dasar. Pada Prinsipnya Menangkap Ikan dengan Jenis Rawai adalah bagaimana Umpan yang kita gunakan sehingga ikan dapat memakan kemudian kita tarik dan akhirnya dapat.