Qn Forum

Ask Your Questions in Related Category

PENYEBAB TERJADINYA PENURUNAN PADA POPULASI PENYU

Penyuluh perikanan.com._ Negara Indonesia adalah merupakan negara kepulauan yang memiliki sumberdaya alam yang sangat luas, yang merupakan kekayaan untuk dapat dimanfaatkan dilndungi dan juga dilestarikan. 

Selain sumberdaya alam yang ada di daratan juga banyak sekali sumberdaya yang terdapat di Lutan  seperti berbagai jenis ikan, kerang, udang, binatang menyusui, binatang melata yang mampu berenang hidup di laut, dan Penyu yang terbukti mempunyai daya guna ekonomi yang baik. Seekor penyu mengandung daging, karapas, tulang-tulang dan mampu menghasilkan puluhan butir telur penyu.


Sebelum mengenal adanya konservasi, Penyu juga pernah dimanfaatkan untuk dijadikan sebagai bahan baku perhiasan, daging dan telurnya juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan namun karena sesuatu hal dan sulit untuk dibudidayakan sehingga di khawatirkan akan menyebabkan penurunan populasi pada penyu yang dapat mengakibatkan terjadinya kepunahan. Kepunahan Penyu terjadi jika habitat tempat bertelur rusak dan makanannya di eksploitasi besar-besaran serta perkembangan pariwisata dan pantai yang mengalami abrasi.

Menurut  CITES (Convention Internasional Trade in Endanger of Wild Flora and Fauna) bahwa di seluruh Dunia ini ada 7 jenis penyu yang termasuk  dalam kategori Appendix I sebagai hewan yang terancam punah, dilindungi serta tidak dieksploitasi dalam bentuk apapun (sumber, Dermawan dan Adnyana, 2003). Sedangkan di Indonesia terdapat enam dari tujuh jenis penyu yang hidup di dunia.  

Keenam jenis penyu yaitu:

1.       Penyu Hijau (Chelonia mydas),
2.       Penyu Sisik atau Hawksbill  (Eretmochelys imbricta),
3.       Penyu tempayan atau Loggerhead (Caretta caretta),
4.       Penyu Belimbing atau Leatherback (Dermochelys coriacea),
5.       Penyu Lekang atau Olive Ridley (Lepidochelys olivacae),
6.       dan Penyu Pipih atau Flatback (Natator depressus)
Ke enam dari 7 jenis penyu tersebut di atas telah dilindungi oleh PP Nomor 7 tahun 1999 tentang pengawetan tumbuhan dan jenis satwa yang di lindungi (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009).

Berdasarkan Data dari berbagai sumber menunjukkan bahwa populasi penyu di Indonesia saat ini menurun drastis terutama terjadi sejak dua dekade terakhir. Kemudian Berdasarkan Hasil pengamatan dari beberapa peneliti di beberapa lokasi peneluran menunjukkan bahwa penurunan populasi bisa mencapai 80 (rata-rata 72 % ) dibandingkan dengan jumlah populasi pada 15 tahun sebelumnya. 

Hal ini pernah terjadi dan terlihat nyata diberbagai lokasi peneluran utama seperti di Aru Tenggara (Compos, 1980; Schulz, 1989; Dethmers, 1999), Kalimantan Timur (Tomascik et al, 1997). Laut Jawa (Stringgel et al 2000; Suganuma et al, 1999), dan tempat-tempat lainnya. Kecenderungan penurunan populasi juga tercermin dari beberapa bukti secara tidak  langsung seperti berkurangnya lokasi peneluran di beberapa wilayah.

Secara substansial, semua penyebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga.

Pertama adalah pengambilan Pasif penyu dewasa (terutama untuk diperdagangkan) dan dianalogikan dengan "seperti membakar lilin dari kedua kutubnya" (Shanker dan Pilcher, 2003; Suganuma et al 1999, Adnyana, 1997; Daly 1991; Schulz, 1989).

Pengaruh dari  aktivitas Penangkapan perikanan itu sendiri, hal ini karena masih banyaknya komunitas masyarakat pesisir di Indonesia yang sangat Menggantungan hidupnya dari sumberdaya laut  seperti Nelayan yang menangkap ikan, kemudian dari penyu yang mati atau terluka pada saat mereka menangkap ikan atau biota laut lainnya. 

Sebagai Indikasi dari beberapa cerita yang pernah disampaikan oleh beberapa  masyarakat pesisir yang menemukan penyu mati pada jaring nelayan. Tantangan yang dihadapi oleh Indonesia dari data mengenai tertangkapnya penyu pada kegiatan penangkapan ikan merupakan hal yang perlu untuk diteliti lebih jauh. Karena Secara keseluruhan dari efek penangkapan ikan dan populasi penyu juga perlu di kualifikasikan.

Tidak atau kurang tersedianya praktisi manajemen dalam sistim Pengelolaan (maksudnya masih kurangnya sumberdaya dan kapasitasnya untuk mengatur populasi). 

Pemerintah Indonesia sudah memformulasikan kebijakan yang mengatur tentang konservasi penyu dan habitatnya. Undang-Undang No. 7 Tahun1999 menjelaskan tentang perlindungan seluruh 6 (enam) jenis penyu yang ada di Indonesia.

Demikian sebagai informasi, semoga dapat menambah wawasan.

Sumber:
Kementerian Kelautan dan Perikanan
Badan Pengembangan Sdmkp
Pusat pengembangan Penyuluhan Perikanan
Dirjen KP3K,  dan dari berbagai sumber lainnya
Penyuluh Perikanan Mukomuko

TARGET PRODUKSI RUMPUT LAUT

budidaya rumput laut
budidaya rumput laut

TARGET PRODUKSI RUMPUT LAUT - Tahun ini, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi rumput laut 5,1 juta ton. Target tersebut seiring keinginan menjadikan Indonesia sebagai produsen utama rumput laut di dunia.

"Pemerintah terus berupaya meningkatan produktivitas kelautan dan perikanan secara terpadu. Salah satunya melalui kebijakan industrialisasi rumput laut," kata  Saut P Hutagalung, saat membuka Koordinasi dan Sosialisasi Pengembangan Rumput Laut di Takalar dan Jeneponto, Selasa 15 Mei di Hotel Grand Clarion.


Menurut dia, industrialisasi rumput laut penuh hambatan dan tantangan. Salah satunya, kualitas rumput laut yang belum memenuhi standarisasi industri. Karena itu, butuh perhatian penuh. 

"Kami memilih lima daerah yakni Jeneponto, Takalar (Sulsel), Sumbawa (NTT), Parigi Moutong dan Minahasa Utara (Sulut) sebagai percontohan nasional industrialisasi rumput laut. Diharapkan program industrialisasi itu bisa berjalan mulai dari daerah," kata Saut.

Khusus untuk budi daya rumput laut, potensinya cukup besar untuk dikembangkan. Saut mengatakan, budi daya rumput laut menggunakan modal kerja yang relatif kecil dengan teknologi yang sudah dikuasai serta masa tanam relatif pendek, yaitu 45 hari.  

Hal itu, memungkinkan pembudidaya rumput laut meningkatkan pendapatan masyarakat setempat sekaligus menyerap banyak tenaga kerja.

"Potensi budidaya rumput laut sangat besar karena panjang garis pantai Indonesia mencapai 95.000 kilometer, sehingga ke depan komoditas itu, akan menjadi fokus pengembangan," bebernya.

Berdasarkan data KKP, pada 2011 produksi rumput laut Indonesia mencapai 4.305.027 ton. Sebanyak 95.200 ton merupakan produksi rumput laut jenis glacilaria sp kering. Tahun 2011 Indonesia juga telah mengekspor agar-agar (hasil olahan rumput laut) sebesar 1.827 ton dengan nilai total USD12,6 juta.

Menurut Saut, selama ini, rumput laut Indonesia diekspor ke China dan Eropa. Ia mengakui, volume ekspor rumput laut RI masih kecil. Selain itu, industri pengolahan di dalam negeri juga masih kekurangan pasokan. 

Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani dan Pengelola Rumput Laut Indonesia (ASPPERLI), Arman Arfah, mengatakan, melalui rencana aksi bersama pengembangan industri rumput laut pada dua lokasi di Takalar dan Jeneponto diharapkan membuka akses ke perbankan.


Menurut Arman, hingga saat ini, persoalan utama rumput laut sulit dikembangkan karena perbankan belum tertarik untuk membiayai pembudidaya rumput laut. Pembudidaya umunya mendapat dana dari para tengkulak atau rentenir.

Meski dengan bunga tinggi, pembudidaya harus bisa menerima. Sebab mereka membutuhkan modal untuk budi daya. "Persoalan pendanaan telah lama dihadapi petani. Para petani rumput laut sulit mendapatkan kredit sebab bank menilai usaha ini tidak feasible dan tidak bankable," bebernya. (aci/upi)

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PERIKANAN

PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PERIKANAN
PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN PELAKU UTAMA PERIKANAN - Pengembangan kelembagaan Pelaku utama adalah adalah upaya mewujudkan kelembagaan pelaku utama yang dinamis, dimana para pelaku utama mempunyai disiplin, tanggungjawab dan terampil dalam kerjasama mengelola kegiatan usahanya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat komersial, kelompok pelaku utama dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok perikanan (Gapokkan), Asosiasi dan Korporasi.



A. Azas-azas Pengembangan Kelembagaan pelaku utama perikanan
Prinsip-prinsip pengembangan yang dipakai sebagai acuan dalam upaya pemberdayaan kelembagaan pelaku utama perikanan meliputi:


  1. Pengambilan keputusan dilakukan oleh anggota kelompok secara musyawarah dan mufakat untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya bagi anggota (dari, oleh dan untuk anggota).
  2. Peran pemerintah hanya terbatas pada fasilitasi sehingga lembaga pelaku utama mampu menggunakan dan memanfaatkan potensi sumberdaya yang dimiliki melalui kreatifitasnya sendiri dalam mensejahterakan anggotanya.
  3. Pemberdayaan lembaga pelaku utama perikanan mencakup berbagai aspek, antara lain manajemen, produksi, teknologi, peningkatan sumberdaya manusia (anggota), wirausaha, distribusi, dan pemasaran hasil.

B. Arah Pengembangan Kelembagaan pelaku utama perikanan.
Pengembangan kelembagaan pelaku utama kegiatan perikanan diarahkan agar kelembagaan yang telah terbentuk dan tumbuh dapat menjalankan fungsi penyuluhan perikanan dengan efisien dan efektif sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi lembaga yang lebih maju.
  1. Peningkatan kelembagaan pelaku utama kegiatan perikanan dilaksanakan melalui kegiatan pemberdayaan yaitu:
  2. Peningkatan peran lembaga dalam memajukan usaha anggotanya;
  3. Peningkatan kemampuan keterampilan berproduksi bagi pelaku utama yang bergabung sebagai anggota;
  4. Peningkatan kemampuan administrasi usaha, yaitu mencatat semua transaksi bisnisnya;
  5. Peningkatan kemampuan bernegosiasi dan berinteraksi dalam bisnis bidang kelautan dan perikanan; dan
  6. Peningkatan kemampuan berorganisasi dan bekerjasama antar lembaga.
 Materi pemberdayaan dalam rangka penumbuhan dan pengembangan pelaku utama kegiatan perikanan terdiri dari:

1. Teknologi Perikanan

Pengelolaan teknologi perikanan meliputi teknologi produksi, panen dan pasca panen, ekonomi, serta sosial yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan lembaga pelaku utama.

Kebutuhan lembaga pelaku utama dalam hal pengelolaan teknologi perikanan, selain kemampuan pribadi sebagai pembina, diperlukan pula informasi dari luar untuk menunjang kelancaran pembinaan, yaitu informasi:
1.       Hasil penelitian;
2.       Media massa; dan
3.       Dari instansi terkait.

2. Komunikasi
Kemampuan dalam berkomunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam penerapan metode penyuluhan. Komunikasi yang baik membuat pesan yang disampaikan dapat dipahami, dimengerti sehingga transfer teknologi berjalan efektif.

3. Lingkungan
Pembinaan kelembagaan pelaku utama merupakan proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam memanfaatkan sumberdaya kelautan dan perikanan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya dengan memperhatikan pelestarian wawasan lingkungan hidup.

4. Administrasi
Pengelolaan administrasi yang baik memberikan dampak bagi lembaga pelaku utama. Semakin baik pengelolaan administrasi suatu lembaga menunjukkan kinerja dari lembaga pelaku utama tersebut. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan kepada lembaga pelaku utama tersebut yang dilakukan dengan memberikan pembinaan pengelolaan administrasi sampai mereka terbiasa melakukannya.

Pengelolaan administrasi tersebut antara lain meliputi:
1.       keadaan kelompok (sejarah, data pengurus, data anggota)
2.       kegiatan kelompok
3.       keuangan kelompok
4.       kehadiran anggota pada setiap pertemuan
5.       penyusunan rencana kegiatan kelompok
6.       kemajuan/perkembangan kelompok
7.       penyusunan laporan kegiatan.

Untuk dapat mengetahui keberadaan kelompok dan tingkat kemajuan kelompok, dokumentasi kelompok yang berupa pembukuan atau administrasi kelompok perlu disusun.

C. Pola Pengembangan Kelembagaan pelaku utama perikanan
Pola pengembangan kelembagaan pelaku utama perikanan dilakukan melalui:


  1. Peningkatan kemampuan, khususnya kemampuan dalam menyampaikan informasi/teknologi dan mengajarkan keterampilan kepada pelaku utama dan/atau pelaku usaha kelautan dan perikanan.
  2. Peningkatan penguasaan materi penyuluhan yang dapat dilakukan dengan mengikutsertakan pada kegiatan pelatihan, study banding dan semacamnya, baik materi yang bersifat teknis, sosial, ekonomis, maupun manajerial.

Petunjuk Budidaya Ikan Lele Sangkuriang

Selamat Datang Bersama Blog Penyuluh perikanan. Sahabat semua tentu sudah tahu kalau Saat ini Usaha Budidaya Lele sangkuriang sudah banyak dgemari Masyarakat Indonesia Umumnya, dan itu sudah berkembang dimana-mana, namun demikian tidak ada salahnya jika  dalam kesempatan ini saya akan membagi Artikel sebagai Bahan pengetahuan bagi anda yang mungkin tertarik untuk berusaha melakukan budidaya ikan lele sangkuriang, baiklah kita baca artikel di bawah ini, semoga bermanfaat.

Lele sangkuriang  merupakan lele dumbo strain baru hasil dari rekayasa genetic yang dilakukan oleh BBAT sukabumi dalam upaya perbaikan mutu ikan lele.

Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara komersil oleh masyarakat Indonesia terutama dipulau jawa, yang seterisnya di sumatera termasuk mukomuko propinsi Bengkulu.Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan 

  • 1). Dapat dibudidayakan dilahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi 
  • 2). Teknologi budidaya relative mudah dikuasai oleh masyarakat, 
  • 3).pemasarannya relative mudah dan 
  • 4). Modal usaha yang dibutuhkan relative rendah.
Kolam terpal adalah kolam yang dasarnya maupun sisi-sisi dindingnya dibuat dari terpal. Kolam terpal dapat mengatasi resiko-resiko yang terjadi pada kolam tanah maupun kolam beton.terpal yang dibutuhkan untuk pembuatan kola ini adalah jenis kolam terpal yang dibuat oleh pabrik dimana setiap sambungan terpal dipres sehingga tidak terjadi kebocoran.

Ukuran terpal yang disediakan oleh pabrik bermacam-macam sesuai dengan besar kolam yang kita inginkan.Pembuatan kolam terpal dapat dilakukan dipekarangan ataupun dihalaman rumah.

Salah satu keunggulan dari budidaya ikan lele sangkuriang di kolam terpal adalah murah biaya dan praktis. Sebenarnya kolam yang paling baik untuk budidaya ikan lele atau ikan yang lain adalah kolam dari tanah. Namun jika tak memiliki lahan yang cukup atau cocok maka alternatif lain  yang lebih simple dan mudah adalah kolam terpal. Adapun keunggulan pemakaian kolam terpal adalah sbb:

Keuntungan dari kolam terpal :
1      terhindar dari pemangsaan ikan liar
2      Dilengkapi pengatur volume air yang bermanfaat untuk memudahkan penggantian air maupun panen
3      Dapat dijadikan peluang usaha mikro dan makro
4      Lele yang dihasilkan lebih berkualitas,lele terlihat tampak bersih,dan tidak berbau dibandingkan pemeliharaan diwadah lain
  1. Dapat diterapkan di lahan terbatas
  2. Dapat diterapkan di lahan atau tanah yang porous (tanah yang menyerap air) atau berpasir
  3. Biaya investasi murah
  4. Dapat diterapkan di daerah sulit air
  5. Pembuatannya praktis
  6. Ikan lele yang dibudidayakan di kolam terpal tidak berbau lumpur
  7. Ikan lele yang dibudidayakan di kolam terpal jarang diserang penyakit
  8. Kelangsungan hidup (Survival Rate) ikan lele yang dipelihara di kolam terpal lebih tinggi, bisa mencapai 95%
13  Langkah-langkah pembuatan kolam terpal adalah

 


  1. Usahakan lahan yang sedikit rindang,tapi jangan langsung dibawah pohon
  2. Terpal ukuran 6 x 8 meter (terpal jenis A3 lebih tebal),saat pemasangan sebaiknya ukuran terpal agak dilebihkan agar dapat dibentuk sesuai rangka/patok,
  3. Tanah digali dengan kedalaman ± 70 cm, dan lebar 4 x 6 m2  untuk menempatkan posisi terpal.
  4. keliling kolam harus di pagar dengan waring untuk menghindari gangguan hewan ternak atu mengantisipasi lele melompat.
  5. untuk menguatkan posisi terpal dibibir kolam sebaiknya di pasang karung yang diisi dengan tanah sepanjang keliling kolam.
Peralatan Penunjang
Beberapa jenis alat yang diperlukan diantaranya adalah timbangan,alat tangkap (serok/lambit),ember dll.Alat-alat tersebut biasanya dipakai untuk memanen ikan atau pada saat kegiatan sampling pertumbuhan bobot tubuh ikan

Persiapan Kolam
Sebelum digunakan,sebaiknya kolam dipupuk terlebih dahulu.Pemupukan bermaksud untuk menumbuhkan

 planton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi benih ikan lele.Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis 500-700 gr/m2 atau dalam ukuran 4 x 6 m2  sebanyak 16 Kg  .

Dapat pula ditambahkan urea 15 gr/m2. Tahapan pemupukannya adalah mula-mula kolam diisi air setinggi 3 -5 cm dan dibiarkan selama satu minggu sampai wana air kolam berubah coklat atau kehijauan,yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh sebagai makanan alami lele.kemudian secara bertahap ketinggian air ditambah hingga minggu ke-


2, sebelum benih lele ditebar.
Penebaran benih
Sebelum benih ditebar,sebaiknya benih disucihamakan dulu dengan merendamnya didalam larutan KMNO4 (Kalium Permangat) atau PK dengan dosis 35 gr/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5 -10 menit

Penebaran benih hendaknya  dilakukan pada pagi/sore hari.pada kedua kondisi ini umumnya perbedaan nilai suhu air pada permukaan dan dasar kolam tidak terlalu besar.Hindari penebaran benih pada kondisi terik matahari secara langsung.Kedalam air kolam pun hendaknya disesuaikan dengan jumlah dan ukuran benih.
Jumlah padat tebar benih 75-100 ekor/m2 yang berukuran  5 - 8 cm. Kedalaman air pada benih diterbarkan ± 30 cm

Pemberian Pakan

Pada dasarnya Lele Sangkuriang merupakan ikan yang bersifat omnivora.Makanan yang diberikan bisa makanan alami yang bisa diperoleh dari sekitar kolam atau tempat tinggal kita. Pemberian makanan tambahan berupa pellet bisa diberikan jika tidak mau repot mencari makanan alami. 

Dalam Budi Daya Lele Sangkuriang jumlah besar cara ini lebih praktis dilaksanakan. Jumlah makanan yang diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. 

Cara menghitungnya dengan mengambil sampel beberapa Lele Sangkuring kemudian ditimbang. Untuk mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pemberian pakan, makanan dicampurkan dengan probiotik. 

Menurut pengamatan beberapa petani dan peneliti probiotik mampu meningkatkan efisiensi pencernakan makanan sehingga ikan lele menjadi cepat besar dan bobot bertambah.

Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat bentuk pellet.

Dan untuk diketahui juga bahwa Pemberian pakan buatan (pelet) diberikan sejak benih berukuran 2 minggu berupa bentuk serbuk halus. Kemudian setelah itu berangsur-angsur digunakan pelet diameter 1 milimeter barulah kemudian beralih ke pellet ukuran 2 milimeter (sesuai umur ikan lele). 

Hal ini dimaksud agar pellet dapat dicerna lebih baik dan lebih merata oleh seluruh ikan sehingga meminimalisir terjadinya variasi ukuran lele selama pertumbuhannya.

Pakan yang diberikan berupa pellet dengan kandungan protein berkisaran antara 28 – 33 %. Pemberian pakan ini dilakukan secara berkala dengan dosis 3-5% dari bobot total ikan dan pemberian sebanyak 3 x sehari (pagi,siang dan sore)

Hama dan Penyakit Ikan Lele

Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu kehidupan lele. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara lain berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan belut
Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.

Jenis hama/penyakit
1.   Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas hydrophylla. Bentuk bakteri ini seperti batang dengan cambuk yang terletak di ujung batang, dan cambuk ini digunakan untuk bergerak. Ukurannya 0,7-0,8 x 1-1,5 mikron.
Gejala: lele yang terkena bakteri ini: warna tubuh menjadi gelap, kulit kesat dan timbul pendarahan. Lele bernafas megap-megap di permukaan air.
Pencegahan: lingkungan harus tetap bersih, termasuk kualitas air harus baik.
Pengobatan: melalui makanan antara lain pakan dicampur Terramycine dengan dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 7-10 hari berturut-turut atau dengan Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 3-4 hari.
2.   Penyakit tuberculosis yang disebabkan bakteri Mycobacterium fortoitum
Gejalanya: tubuh  ikan berwarna gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring, bintik putih di sekitar mulut dan sirip.
Pengendalian: memperbaiki kualitas air dan lingkungan kolam.
Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan makanan 5-7,5 gram/100 kg ikan/hari selama 5-15 hari.
3. Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Penyebab: jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan yang kondisinya lemah.

Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur, maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas.
Pengendalian: benih gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,5-3 ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,1-0,2 ppm selama 1 jam atau 5-10 ppm selama 15 menit.
4. Penyakit bintik putih dan gatal (Trichodiniasis)
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius multifilis.

Gejala:
1      ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di permukaan air;
2      terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan insang;
3      ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding kolam.

Pengendalian: air harus dijaga kualitas dan kuantitasnya.
Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada campuran larutan formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green Oxalate 0,1 gram/m3 selama 12-24 jam, kemudian ikan diberi air yang segar. Pengobatan diulang setelah 3 hari

5. Penyakit cacing Trematoda
Biasanya penyakit yang Menyerang dalam budidaya lele sangkuriang di koam terpal adalah 
Penyebab: cacing kecil Gyrodactylus dan Dactylogyrus. Cacing Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang kulit dan sirip.

Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu.
Pengendalian:
  1. direndam formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit;
  2. Methyline Blue 3 ppm selama 24 jam;
  3. menyelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium Permanganat (KMnO4) 0,01% selama ±30 menit;
  4. memakai larutan NaCl 2% selama ± 30 menit;
  5. dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama ±10 menit.
  6. Parasit Hirudinae

Penyebab:
lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan.
Gejala: pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga menyebabkan anemia/kurang darah.
Pengendalian: selalu diamati pada saat mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya, kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
  1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti dengan yang suhunya lebih dingin.
  2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
  3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
  4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.

Mengapa memilih lele sangkuriang:  

Ceritanya,  rasa daging Lele sangkuriang memiliki rasa yang lebih enak dan gurih, tak heran permintaannya semakin banyak. Selain rasa yang enak didukung pula dengan pertumbuhannya yang lebih cepat dari Lele Dumbo. Untuk benih yang ditabur pada ukuran 5-8 cm dalam masa pemeliharaan 130 hari sudah bisa dipanen dalam bobot 200 sampai 250 gr/ekor. 

Biasanya ada Lele Sangkuriang yang memiliki pertumbuhan lebih cepat dari ikan lainnya, secara berkala misalnya satu bulan sekali, Lele Sangkuriang dipisahkan berdasarkan ukurannya. Hal ini dilakukan agar ikan yang pertumbuhannya lebih lambat tidak kalah dalam bersaing mengkonsumsi makanan. Selain itu ikan yang pertumbuhannya cepat bisa dipanen dalam waktu yang lebih cepat.

Nah demikian dulu  bagi anda yang yang suka dengan budidaya ikan tak ada salahnya anda mencoba budidaya ikan lele sangkuriang karena memiliki peluang dan prospek usahanya  sangat bagus. salam sejahtera, semoga kelompok tani perikanan budidaya tetap maju dan sejahtera selalu

Inilah Perbedaan Ikan Tongkol, Ikan Cakalang Dan Ikan Tuna

Mengenal Perbedaan Antаrа Ikan Tongkol, Ikan Cakalang, dаn Ikan Tuna - Pernahkah kalian makan ikan tongkol, аtаu mungkіn menyantap ikan cakalang? 

Taukah kalian bagaiman саrа mengenal аtаu mengetahui perbedaan dаrі ikan tuna, ikan cakalang, mаuрun ikan tongkol? Mаѕіh bingung ternyata аntаrа cakalang, tongkol dаn tuna berbeda? Yuk kіtа simak pembahasan.
Tongkol, Ikan Cakalang, dаn Ikan Tuna
Tongkol, Ikan Cakalang, dаn Ikan Tuna

Coba kalian perhatikan bentuk tubuh ikan tuna, tongkol dаn cakalang, rata-rata bentuk tubuh mеrеkа mirip bukan? Dеngаn ciri khusus berbadan ѕеdіkіt mengkilat dаn tаnра sisik merupakan ciri keluarga ikan Scombride. Lаlu ара saja уаng mеnјаdі perbedaan dаrі kеtіgа ikan ini?

Ikan Cakalang

Umumnya cakalang mеmіlіkі bentuk tubuh ѕеdіkіt gemuk dеngаn warna punggung ungu kebiru-biruan bаhkаn аdа јugа уаng berwarna punggung gelap. Panjang cakalang rata-rata ѕеkіtаr 60 centimeter dеngаn pola garis dі bagian tubuhnya. 

Daging ikan cakalang bіаѕаnуа berwarna putih. Masyarakat daerah timur tеrutаmа papua ѕеrіng menyebut ikan іnі dеngаn nаmа “cakalan” ѕеdаngkаn dі bеbеrара daerah lаіn menyebutnya dеngаn nаmа ikan tongkol putih.

Umumnya cakalang mеmіlіkі bentuk tubuh ѕеdіkіt gemuk dеngаn warna punggung ungu kebiru-biruan bаhkаn аdа јugа уаng berwarna punggung gelap. 

Ikan Tongkol

Tongkol dаrі ukurannya hаmріr ѕаmа реrѕіѕ dеngаn cakalang уаng keduanya mеmіlіkі panjang rata-rata ѕеkіtаr 60 centimeter. Sеdаngkаn perbedaan tubuh tongkol lеbіh ѕеdіkіt langsing daripada ikan cakalang. Warna kulіt ikan іnі umumnya mengkilat. 

Pada bagian tubuh ikan іnі terdapat motif garis-garis уаng bіѕа kіtа lіhаt perbedaan nya dеngаn ikan cakalang. Sеdаngkаn perbedaan dagingnya tіdаk tеrlаlu putih ѕереrtі ikan cakalang.

Tongkol dаrі ukurannya hаmріr ѕаmа реrѕіѕ dеngаn cakalang уаng keduanya mеmіlіkі panjang rata-rata ѕеkіtаr 60 centimeter.  

Ikan Tuna

Ikan tuna walaupun mеmіlіkі bentuk tubuh уаng mirip dеngаn cakalang dаn tongkol, nаmun perbedaan dаrі segi ukuran kіtа dapat lаngѕung mengetahui bаhwа ikan іnі аdаlаh tuna. Inі dikarenakan ukuran ikan tuna lеbіh besar melebihi ukuran tongkol dаn cakalang. Bayangkan saja, ukuran bayi tuna bіаѕаnуа sebesar ikan cakalang dеngаn berat ѕеkіtаr 5 kg.  

Ikan tuna walaupun mеmіlіkі bentuk tubuh уаng mirip dеngаn cakalang dаn tongkol, nаmun dаrі segi ukuran kіtа dapat lаngѕung mengetahui bаhwа ikan іnі аdаlаh tuna.Sedangkan ikan tuna dewasa аdа уаng sebesar anak umur 7 tahun, аtаu beratnya ѕеkіtаr 35kg ѕаmраі аdа јugа уаng 350kg. 

Cukuр besar bukаn ikan tuna ini? Itulah sebabnya ikan іnі bаnуаk dijadikan bahan ikan tuna kalengan untuk dі ekspor kе luаr negeri. Bаіk іtu ikan cakalang dаn ikan tuna раlіng bаnуаk habitatnya dі kawasan perairan Indonesia timur mulаі dаrі Maluku hingga Papua. 

Sеdаngkаn ikan tongkol bіаѕаnуа bаnуаk dі temukan dі Indonesia bagian tengah. Itulah sebabnya masyarakat daerah timur lеbіh mengenal dаn gemar makan ikan cakalang dаn tuna. Sеdаngkаn ikan tongkol umumnya bаnуаk dikonsumsi penduduk dі daerah Jawa.